watch sexy videos at nza-vids!

SEJARAH WALI SONGO


Banyak yang menceritakan
tentang Wali Songo dengan versi yang berbeda-beda.
Wali Songo ,
ada yang bilang keturunan Hadramaut ,
keturunan Tionghoa {Cina} ,
dan ada juga yang bilang bahwa Wali Songo berasal dari Aceh.
Si penulis jadi bingung ,
kisah mana yang harus dimuat atau dituliskan.

Jadi yang penting disini bukan sejarah yang seharusnya kita perdebatkan ,
tetapi ajaran yang dibawa oleh para wali tersebut , yang patut kita kaji lebih dalam dan patut kita fahami dengan benar.
Yakni ajaran Islam yang bersumber
dari Al-Qur'an , Hadis maupun Sunnah Rasul , yang dibawa oleh junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.

Untuk itu jangan sampai kita umat Islam , terpecah belah karena memperdebatkan sesuatu yang kita hanya tahu dari sebuah buku dan cerita orang.
Atau jangan perdebatkan suatu kebenaran yang kita tidak pernah tahu dengan mata kepala sendiri.
Kecuali kebenaran itu bersumber dari Al-Qur'an yang suci dan benar.
Karena Al-Qur'an kurang satu ayat ,
bunyi atau artinya akan berbeda.

Si penulis juga tidak bermaksud menyebarkan berita sesat atau yang lainya.
Si penulis hanya ingin berbagi wawasan tentang keindahan Islam karena si penulis tidak mengerti tentang sejarah.
Hanya tahu betapa indah masuknya Islam ke tanah Jawa yang tanpa paksaan ,
tapi penuh penyesuaian diri.

Seperti yang terdapat dalam
Al-Qur'an , Surah Al-Kafiruun ayat ke-6 yang berbunyi
"Lakum Dinukum Waliyadin" ,
yang artinya
"Untukmu agamamu dan untukku agamaku".
Yang mungkin bisa di artikan secara global dengan kata urusanmu bukan urasanku karena semua urusan atau perbuatan ada akibat yang harus dipertanggung jawabkan.
Yang berarti juga bahwa ayat tersebut mempunyai arti toleransi yang tinggi terhadap sesama manusia.

Tulisan ini hanya sekedar bacaan dan bukan keyakinan atau prinsip yang harus dibenarkan atau diyakini.
Mulut bisa bilang A ,
tetapi hati hanya Allah yang tahu.
Dalam bahasa Jawa
"urusan sholat , urusanku marang Gusti".
Yang bisa diartikan bahwa urusan ibadah atau keyakinan bukan berurusan dengan manusia , tetapi berhubungan dengan Allah SWT.

Baiklah , sekarang kita mulai . . !

Ada beberapa pendapat mengenai arti dari kata Wali Songo.
Ada yang mengartikan walisongo adalah Wali yang jumlahnya ada sembilan atau sanga dalam bahasa Jawa.
Pendapat lain menyebutkan bahwa
kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia.
Ada juga yang berpendapat bahwa walisongo adalah majelis dakwah yang pertama kali di dirikan dengan anggota sembilan orang.

Menurut KH. Dachlan Abd. Qohar
pada tahun 1466 M , walisongo melakukan sidang membahas berbagai hal.
Diantaranya adalah perkara Syekh Siti Jenar ,
meninggalnya dua orang wali yaitu
Maulana Muhammad Al-Maghrobi dan Maulana Ahmad Jumadil Qubro ,
serta masuknya dua orang wali menjadi anggota Wali Songo.

-» Wali Songo Periode Pertama


Pada waktu Sultan Muhammad I memerintah Kerajaan Turki , beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang dari Gujarat.
Dari mereka , Sultan mendapat kabar berita bahwa di Pulau Jawa ada dua kerajaan Hindu yaitu Majapahit dan Pajajaran.
Diantara rakyatnya ada yang beragama Islam tapi hanya sebatas pada keluarga pedagang Gujarat yang menikah dengan para penduduk pribumi yaitu di kota-kota pelabuhan.

Sang Sultan kemudian mengirim surat kepada pembesar Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Isinya meminta para ulama yang mempunyai karomah untuk dikirim ke Pulau Jawa.
Maka terkumpullah sembilan ulama berilmu tinggi serta memiliki karomah.

Pada tahun 1404 M {808 H} , para ulama itu berangkat ke Pulau Jawa.
Mereka adalah

Maulana Malik Ibrahim - berasal dari Turki - ahli mengatur negara - berdakwah di Jawa bagian timur - wafat di Gresik pada tahun 1419 M - makamnya terletak 1km dari sebelah utara pabrik Semen Gresik.

Maulana Ishak - berasal dari Samarqand {dekat Bukhara - Rusia Selatan} - ahli pengobatan.
Setelah tugasnya di Jawa selesai , Maulana Ishak pindah ke Pasai dan wafat disana.

Maulana Ahmad Jumadil Qubro - berasal dari Mesir - berdakwah keliling - makamnya di Troloyo , Trowulan , Mojokerto , Jawa Timur.

Maulana Muhammad Al-Maghrobi - berasal dari Maghrib , Maroko - berdakwah keliling - makamnya di Jatinom , Klaten , Jawa Tengah.

Maulana Malik Isro'il - berasal dari Turki - ahli mengatur negara - wafat tahun 1435 M - makamnya di Gunung Santri.

Maulana Muhammad Ali Akbar - berasal dari Persia , Iran - ahli pengobatan - wafat tahun 1435 M - makamnya di Gunung Santri.

Maulana Hasanuddin - berasal dari Palestina - berdakwah keliling - wafat tahun 1462 M - makamnya di samping Masjid Banten Lama.

Maulana Alayuddin - berasal dari Palestina - berdakwah keliling - wafat tahun 1462 M - makamnya di samping Masjid Banten Lama.

Syekh Subakir - berasal dari Persia - ahli menumbali {metode Rukyah} tanah angker yang dihuni Jin-Jin jahat yang bisa menyesatkan manusia.
Setelah para Jin tadi menyingkir , lalu tanah yang telah netral di jadikan pesantren.
Setelah banyak tempat yang ditumbali {dengan Rajah asma suci} maka Syekh Subakir kembali ke Persia pada tahun 1462 M dan wafat disana.
Salah satu peninggalan Syekh Subakir yang terdapat disebelah utara Pemandian Blitar , Jawa Timur berupa Sajadah yang terbuat dari Batu Kuno.

-» Wali Songo Periode Kedua


Pada periode kedua ini masuklah tiga orang wali menggantikan tiga wali yang wafat.
Mereka adalah

Raden Ahmad Ali Rahmatullah - berasal dari Champa , Muangthai Selatan {Thailand Selatan} - datang ke Jawa tahun 1421 - menggantikan Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419.

Sayyid Ja'far Shodiq - berasal dari Palestina - datang ke Jawa pada tahun 1436 - menggantikan Maulana Malik Isro'il yang wafat pada tahun 1435.

Syarif Hidayatullah - berasal dari Palestina - datang ke Jawa pada tahun 1436 - menggantikan Maulana Ali Akbar yang wafat pada tahun 1435.

Sidang tersebut diadakan di Ampel , Surabaya.
Para wali kemudian membagi tugas
-» Sunan Ampel , Maulana Ishak , dan Maulana Jumadil Qubro
bertugas di Jawa Timur.
-» Sunan Kudus , Syekh Subakir , dan Maulana Al-Maghrobi
bertugas di Jawa Tengah.
-» Syarif Hidayatullah , Maulana Hasanuddin , dan Maulana Aliyuddin
bertugas di Jawa Barat.

Dengan adanya pembagian tugas ini maka masing-masing wali mempunyai wilayah dakwah sendiri-sendiri dan bertugas sesuai keahlian masing-masing.

-» Wali Songo Periode Ketiga


Pada tahun 1463 , masuklah tiga wali menjadi anggota Wali Songo , yaitu

-» Raden Paku {Syekh Maulana Ainul Yaqin} - kelahiran Blambangan , Jawa Timur - Putra dari Syekh Maulana Ishak dengan Putri Kerajaan Blambangan bernama Dewi Sekardadu {Dewi Kasiyan}.
Raden Paku menggantikan kedudukan ayahnya yang telah pindah ke negeri Pasai.
Raden Paku tinggal di Giri , maka beliau lebih terkenal dengan sebutan Sunan Giri yang makamnya terletak di Gresik , Jawa Timur.

-» Raden Said {Sunan Kalijaga} - kelahiran Tuban , Jawa Timur - Putra dari Adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban.
Sunan Kalijaga mengantikan Syekh Subakir yang kembali ke Persia.

-» Raden Makhdum Ibrahim {Sunan Bonang} - lahir di Ampel , Surabaya - Putra dari Sunan Ampel.
Sunan Bonang menggantikan Maulana Hasanuddin yang wafat pada tahun 1462.
Sidang yang ketiga ini juga berlangsung di Ampel , Surabaya.

-» Wali Songo Periode Keempat


Pada tahun 1466 di angkat dua wali menggantikan dua yang telah wafat yaitu
Maulana Ahmad Jumadil Qubro dan Maulana Muhammad Al-Maghrobi.

Dua wali yang menggantikannya adalah
Raden Fattah {Raden Patah} - murid Sunan Ampel.
Raden Patah adalah putra Raja Brawijaya Majapahit.
Raden Patah diangkat sebagai Adipati Bintoro pada tahun 1462 - kemudian membangun Masjid Demak pada tahun 1465 dan dinobatkan sebagai Raja atau Sultan Demak pada tahun 1468.
Fathullah Khan - Putra Sunang Gunung Jati - Menggantikan ayahnya yang telah berusia lanjut.

-» Wali Songo Periode Kelima


Dapat disimpulkan bahwa dalam periode ini , masuknya Sunan Muria atau Raden Umar Said - Putra dari Sunan Kalijaga.

Konon Syekh Siti Jenar {Syekh Lemah Abang} adalah salah satu anggota walisongo.
Namun karena Siti Jenar di kemudian hari mengajarkan ajaran yang menimbulkan keresahan umat dan mengabaikan syariat agama , maka Siti Jenar dihukum mati.
Selanjutnya kedudukan Siti Jenar digantikan oleh Sunan Bayat - bekas Adipati Semarang {Ki Pandanarang} yang telah menjadi murid Sunan Kalijaga.

-» Istilah Sunan


Sunan dalam budaya suku-suku di Pulau Jawa adalah sebutan bagi orang yang diagungkan dan dihormati.
Biasanya karena kedudukan atau jasanya di masyarakat.
Kata ini merupakan penyingkatan dari susuhunan.
Kata ini berarti tempat penerima "susunan" jari yang sepuluh atau dengan kata lain "sesembahan".

Pada periode sejarah Jawa Pra-Islam , gelar ini jarang dipakai atau tidak banyak didokumentasikan.
Pada awal-awal masuknya Islam di Jawa , gelar ini biasa diberikan untuk mubaligh atau penyebar agama Islam , khususnya di tanah Jawa pada abad ke-15 hingga abad ke-16.
Selain Sunan , ada pula mubaligh lainnya yang disebut Syekh , Kyai , Ustadz , Penghulu , atau Tuan Guru.
Gelar "sunan" atau "susuhunan" juga diberikan kepada penguasa Kraton Surakarta Hadiningrat {Kasunanan Surakarta}.

-» Gelar Penguasa Jawa


Pemakaian lainya untuk istilah "sunan" dan "susuhunan" adalah sebagai gelar bagi raja-raja dari Kesultanan Mataram semenjak
Amangkurat I hingga suksesi pada Kasunanan Surakarta sampai sekarang.
Ini adalah warisan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam , yang mengklaim sebagai Sultan dan Sayidin Panatagama , yaitu raja serta pemimpin agama bagi masyarakat Jawa.

-» Wali Songo


Wali Songo adalah sembilan orang penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang paling terkenal di antara mereka yang mendapat sebutan Sunan.
Istilah walisongo berasal dari kata Wali {bahasa Arab yang berarti Wakil} , dan Sanga {bahasa Jawa yang berarti Sembilan}.
Mereka dianggap sebagai mubaligh agung , baik dari segi ilmu agama Islam maupun bobot segala jasa dan karomahnya terhadap kehidupan masyarakat serta kenegaranya.
Berikut ini adalah daftar Sembilan Wali yang secara umum dianggap sebagai Wali Songo tersebut :

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim.
Sunan Ampel atau Raden Rahmat.
Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim.
Sunan Drajat atau Raden Qasim atau Raden Syarifudin.
Sunan Kudus atau Ja'far Shodiq.
Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin.
Sunan Kalijaga atau Raden Sa'id.
Sunan Muria atau Raden Umar Sa'id.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.