watch sexy videos at nza-vids!
+

LIMA TUPAI dan PUTRI HUTAN


Pada zaman dahulu ,
di sebuah Negeri Bintari yang dikelilingi hutan larangan , hiduplah seorang Raja dan seorang Permaisuri berserta Tiga orang Selirnya.
Raja tersebut bernama Gundhala yang terkenal dengan keganasannya dan ketidak-adilannya terhadap rakyat.
Raja Gundhala hidup dengan budaya beristri banyak dengan tujuan ingin memiliki lima istri yang mempunyai kegemaran berbeda-beda.

Itu semua dilakukan untuk memenuhi janji ayah Gundhala terhadap
Buta Kala yang mengancam akan menghancurkan kerajaannya.

Begini Ceritanya . . . . .
Dahulu ,
sebelum Gundhala lahir ,
orang tuanya yang bernama
Raja Gandriyono dan Ratu Shila memiliki empat putri tetapi tidak mempunyai anak laki-laki untuk menggantikan posisinya sebagai Raja
di Kerajaan Bintari.
Hingga akhirnya raja Gandriyono berencana memohon anak kepada Buta Kala.

Berangkatlah ia dengan menaiki
Kereta Naga Manggala menuju
Alam Angkasa.
Ketika sampai perbatasan kawasan Buta Kala , ia dihadang oleh Seratus Satu prajurit bermuka Gangsal.
"Hei , kau raja Bintari . . !
Kenapa kamu mendatangi perbatasan kawasan Buta Kala ini..?
", tanya salah satu prajurit.
"Hamba ingin bertemu dengan Buta Kala.
Hamba ada persoalan penting dan hamba tidak akan membuat kekacauan..!
", jawab raja Gandriyono.
"Baiklah , silahkan masuk . . !", kata prajurit tersebut.

Masuklah raja Gandriyono kedalam kawasan Buta Kala menuju istananya.
Setelah sampai istana Buta Kala , ia bertemu dan disambut oleh Buta Kala.
"Silahkan . . . dan apa maksud kedatanganmu ke alamku..?", tanya Buta Kala.
"Ampun Buta Kala atas kedatangan hamba yang lancang ini.
Hamba datang kemari untuk meminta pertolongan Paduka Buta Kala..!
", jawab raja Gandriyono.
"Pertolongan macam apa yang dapat aku lakukan untukmu..?", tanya Buta Kala.
"Begini Paduka Buta Kala . . .
Hamba memiliki 4 putri tetapi hamba tidak mempunyai anak laki-laki.
Sehingga tidak ada yang akan menggantikan posisi hamba sebagai raja Bintari..!
", jawab raja Gandriyono.

Mendengar penjelasan Gandriyono , Buta Kala pun merenung sejenak berusaha untuk berfikir dengan serius apa yang seharusnya dilakukan untuk Gandriyono.
Padahal itu semua hanya berpura-pura karena sebenarnya Buta Kala tidak pernah berfikir.
"Emm . . . ya ya baiklah , aku akan memberi kamu seorang putra..!", kata Buta Kala hingga membuat raut wajah raja Gandriyono menjadi gembira.

"Tetapi . . .
ada syaratnya yaitu jika anak laki-laki tersebut sudah memimpin kerajaan , ia harus mempunyai Lima istri yang memiliki kegemaran berbeda-beda.
Dan untuk istri yang terakhir , harus memiliki kegemaran atau kedekatan dengan hutan.
Karena dari istrinya yang kelima tersebut , kelak akan melahirkan seorang Puteri Cantik yang memiliki mata berbinar-binar seperti berlian.
Kemudian Putri Bermata Berlian tersebut harus diserahkan kepadaku sebagai santapan makan malamku..!
", kata Buta Kala yang menjelaskan syarat tersebut dan diterima syaratnya oleh raja Gandriyono.

"Terima kasih Buta Kala . . !
Hamba akan berusaha memenuhi syarat tersebut..!
", kata raja Gandriyono sebelum meninggalkan dan berpamitan kepada Buta Kala.

Begitulah ceritanya . . .
kenapa raja Gundhala memiliki istri yang banyak..!
Tapi kini , raja Gundhala mulai gelisah dengan pesan ayahanda dan mengingat janji ayahandanya kepada Buta Kala yang harus mempunyai Lima istri.
Sedangkan ia sekarang telah mempunyai Empat istri , yaitu

Istri pertama bernama
Sri Wahyuni dari keluarga bangsawan yang memiliki kegemaran berbelanja barang mewah.
Dari istri pertama ini , ia mendapat dua orang putra yang bernama
Putra Mahkota dan Guntur Bumi.

Istri kedua bernama
Suryaningtyas dari keluarga kyai yang memiliki kegemaran berdoa dan telah memberikan tiga orang putri yaitu Risang Geni , Dwilina , serta Anjani Puspita.

Istri ketiga bernama
Dewi Talipati dari keluarga kerajaan seberang dengan kegemaran memasak.
Dari istri ketiga , ia mendapat seorang putra bernama Eko Jadmiko
dan seorang putri bernama
Trianilarasati.

Dan istri yang keempat bernama
Caturwati dari keluarga pedagang menengah yang gemar melakukan jual-beli barang dan memberikan seorang putra bernama
Arjuna Keswara.

Berarti tinggal satu istri lagi yang harus ia miliki , tetapi sangat sulit ia dapatkan hingga membuatnya gelisah dan cemas.
Untuk menghilangkan perasaan itu , dia kemudian berbincang-bincang dengan salah satu kerabatnya yang bernama Patih Hasno Kusumo di ruang santai raja.
"Patih . . .
aku mulai gelisah . . !
Apa yang harus aku lakukan mengingat istriku sudah empat dan aku masih harus mencari istri terakhir untuk memenuhi janji ayahanda kepada Buta Kala..?
", tanya raja Gundhala.
"Tenanglah Paduka ,
hamba siap membantu Paduka untuk mencari istri ke lima yang sesuai persyaratan tersebut..!
", kata Patih Hasno Kusumo.
"Terima Kasih Patih . . !
Segeralah kau cari wanita tersebut dan segera berikan kepadaku..!
", perintah raja Gundhala pada patihnya yang kemudian berkemas dan berangkat melaksanakan perintah rajanya.

Raja Gundhala menghabiskan waktu dengan anak-anaknya dan semua istrinya sambil menunggu laporan dari Patih Hasno Kusumo.

Sedangkan Patih Hasno Kusumo menjelajah Negeri mencari wanita yang kedekatan dengan hutan atau yang mempunyai latar belakang dari hutan untuk di jadikan istri raja Gundhala.

Suatu hari ,
Patih Hasno Kusumo melakukan perjalanan menuju hutan yang di anggap penduduk sebagai Hutan Larangan.
Kemudian ia bertemu seekor Tupai dan dia sangat ingin menangkap Tupai itu untuk santapan makan siangnya.
Dia menarik anak panahnya dan siap memanah Tupai tersebut tapi tiba-tiba
"Jangan bunuh akuuuu . . ! ! ?", seru Tupai tersebut.

Patih pun terkejut mendengar ucapan Tupai itu dan berkata :
"Aku sangat lapar dan aku tidak bisa meneruskan perjalanan jika perutku kosong..!", kata Patih Hasno Kusumo.
"Jika kamu berani membunuh hewan di hutan ini , maka kau tak akan pernah bisa keluar dari hutan ini dan takkan bisa kembali ke kerajaan lagi.
Sebaik kau ikut denganku saja mencari buah untuk dimakan , bagaimana..?
", tanya Tupai dengan gayanya.
"Baiklah . . . aku ikut . . !", jawab Patih Hasno Kusumo.

Akhirnya mereka berjalan melihat-lihat jika ada buah yang bisa dimakan dan kemudian Tupai menemukan pohon Kelapa serta pohon Sawo Kecik.
"Patih , disana ada buah yang bisa dimakan.
Saya akan mengambil kelapa mudanya dan kau yang mengambil sawo keciknya..!
", kata Tupai yang langsung dilaksanakan oleh Patih dengan mengambil beberapa sawo yang siap untuk dimakan.

Setelah sawo terkumpul cukup banyak berserta buah kelapa muda , maka mereka pun menyantapnya hingga habis.
"Ada apakah kau masuk ke wilayah ini..?", tanya Tupai dengan tiba-tiba.
"Aku di utus raja Gundhala mencari seorang wanita dengan latar belakang hutan untuk di jadikan istri ke lima-nya..!", jawab Patih Hasno Kusumo.
"Tidak salah aku mendengarnya . . ?
Meski dia seorang raja yang tampan , bukankah dia raja yang beringas dan telah mempunyai istri yang banyak..?
Emm . . . aku tahu siapa wanita yang kau cari..!?
", kata Tupai sambil naik ke bahu Patih.
Bawalah aku pada wanita yang kau maksud , Tupai..?!?", kata Patih.
"Baik . . .
aku akan membantumu menemui wanita itu
yang bernama Putri Hutan.
Dia tinggal disebuah gubuk yang berada ditengah hutan bersama dengan neneknya
yang bernama Mbah Suryanti . . !
", kata Tupai menjelaskan.
"Tunggu apa lagi Tupai , aya kita segera kesana...?!", ajak Patih dengan bersemangat.
"Tetapi untuk sampai ke gubuk itu , kita harus waspada karena banyak binatang buas dan tanaman liar yang bisa membunuh kita..!", kata Tupai memperingatkan.
"Terus , apa yang harus kita lakukan..?", tanya Patih.
"Sebaiknya sekarang kita mencari daun yang bisa dijadikan obat jika kita terluka nanti dan mencari buah beracun sebagai senjata untuk membius binatang atau tanaman liar tersebut", kata Tupai.
"Baiklah , aku akan memetik Daun Sringgowani yang ada disana dan kamu memetik Lempeni untuk pembiusnya..!", kata Patih sambil menunjuk arah yang di maksud kepada Tupai.

Setelah itu mereka pergi masuk kedalam hutan dengan mengendarai kuda.
Belum jauh mereka pergi , tiba-tiba kuda berhenti karena ketakutan melihat dua Harimau Putih didepan mereka.
"Cepat Patih . . !
Tancapkan Lempeni itu di ujung anak panahmu dan bidikan kedua Harimau itu..!
", kata Tupai yang di ikuti Patih dengan melaksanakan perintah tersebut.

Kemudian Patih dengan sekuat tenaga menarik busur panahnya , membidik , dan melesatkan anak panah tersebut tepat mengenai sasaran.
Patih pun melesatkan panah yang kedua dan akhirnya dua Harimau Putih itu pingsan karena terbius oleh Lempeni yang di tancapkan pada ujung anak panah tersebut.

Mereka meneruskan perjalan.
Lagi-lagi kuda berhenti karena ketakutan.
Kali ini ada Tiga Pohon yang bisa berjalan tetapi Patih pun berhasil melumpuhkan tiga pohon tersebut.

Semakin jauh dan semakin jauh mereka masuk kedalam hutan hingga malam telah tiba.
Kemudian mereka bermalam disebuah rumah pohon.
Pagi hari , Tupai membangunkan Patih untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah minum dan membersihkan tubuh disungai , mereka berangkat meneruskun perjalanan.
Langkah kuda pun kembali terhenti karena melihat ada Empat Ekor Tupai muncul secara tiba-tiba menghadang jalan mereka.
Patih dengan segera menyiapkan senjatanya ,
"Jangan Patih . . .
mereka adalah keluargaku . . !
Jangan bunuh mereka . . !
", kata Tupai.

"Selamat datang di halaman rumah Putri Hutan dan silahkan masuk.
Kami tahu maksud kedatangannu baik , Patih..!
", kata Empat Tupai itu.
"Terima kasih . . !", jawab Patih sambil berjalan mengikuti mereka.
Dia kemudian melihat seorang nenek dan seorang putri yang sedang memotong kayu.
Putri tersebut parasnya memang cantik membuat Patih mulai menyukainya.

Nenek Suryanti menyambut Patih dengan ramah tamah dan mempersilahkan Patih untuk masuk ke gubuknya bersama dengan Lima Tupai yang sebenarnya peliharaan Putri.
Patih masuk ke gubuk tersebut dan duduk disebuah bangku yang terbuat dari bambu.
Tak lama kemudian Putri datang menyuguhkan secangkir kopi dan kue yang dibuatnya sendiri.
"Silahkan diminum , Patih . . !", kata Putri.
"Terima Kasih . . !", jawab Patih.

Kemudian nenek Putri berkata :
"Nak Patih , apakah kamu mencintai cucuku Si Putri Hutan..?", tanya Mbah Suryanti.
"Anu mbah , sebenarnya sejak mendengar cerita tentang Putri , saya sudah mencintainya mbah.
Akan tetapi saya di utus raja Gundhala untuk mencari Putri yang akan di jadikan istri keLima-nya.
Setelah raja dan Putri menikah , maka mereka akan dikaruniai seorang putri cantik yang memiliki mata berbinar-binar.
Tapi anak tersebut harus diserahkan kepada Buta Kala sebagai makan malam di hari ulang tahunnya , karena jika tidak maka Kerajaan Bintari akan dihancurkan berserta rakyatnya
", kata Patih menjelaskan kepada mereka semua.

"Aku harus bagaimana , nek . . ?
Aku tak mau menikah dengan raja Gundhala karena aku tak rela jika anakku menjadi makanan Buta Kala.
Tapi aku juga tak rela jika gara-gara aku , semua orang akan musnah dan hancur..?
", tanya Putri kepada neneknya.
"Ya sudahlah ,
aku terserah kamu saja.
Nenek yakin kamu cucu yang baik dan kamu pasti bisa melakukan hal yang terbaik buat kita semua jika kamu menikah dengan raja itu..!
", kata Mbah Suryanti.

Akhirnya Patih Hasno Kusumo berhasil membawa Putri ke kerajaan.
Setelah sampai di kerajaan , raja pun melakukan upacara adat untuk meminang Putri tersebut dan kemudian mereka menikah.
Sekian lama menikah akhirnya mereka dikaruniai seorang putri cantik yang diberi nama
Putri Cahaya Bintari sesuai dengan sinar yang muncul dari kedua matanya.
Lima Tahun kemudian Buta Kala datang ke kerajaan untuk mengingatkan kepada raja Gundhala bahwa sebentar lagi ia akan berulang tahun dan itu berarti raja harus menepati janjinya.

Suatu hari Buta Kala datang dan meminta Putri Cahaya Bintari.
Tapi dengan gigihnya Putri Hutan tidak mau menyerahkan anaknya.
Akhirnya Buta Kala tidak akan memakan anak tersebut jika Putri Hutan mau menjadi selirnya di Alam Angkasa.
Setelah berunding , raja pun setuju untuk merelakan istrinya dibawa Buta Kala ke Alam Angkasa.

Dari kejadian tersebut , akhirnya raja Gundhala berubah menjadi sosok yang baik hati dan penyayang , serta membesarkan seluruh anak-anaknya dengan penuh cinta kasih.


Silahkan Komentar
No content for this blog yet.
Sebelum Komertar Itu Di Larang..!


Jombang Gudo - PP