watch sexy videos at nza-vids!
+

GADIS KECIL PENJUAL KOREK API


Malam itu gelap dan dingin sekali . . !
Salju turun deras di malam terakhir tahun itu.
Dalam dingin dan gelap itu , seorang gadis kecil berjalan disamping jalan tanpa memakai topi dan sepatu.
Ia hanya memakai sandal peninggalan ibunya yang sangat jelas kebesaran dipakainya.
Ketika ia menyeberang jalan , dua buah kereta lewat dengan sangat cepat , ia terkejut hingga sandalnya terlepas dan hilang.

Tapi ,
ia masih terus berjalan dengan kaki telanjang yang sudah merah dan biru karena kedinginan.
Ia membawa banyak korek api dalam saku celemek tua yang dipakainya dan satu ikat korek api dalam genggaman tangannya.
Tak seorang pun membeli korek apinya sepanjang hari itu hingga sedikitpun ia tidak mendapat uang.

Ia masih terus berjalan dengan tubuh gemetar karena kedinginan dan lapar.
Sungguh malang gadis itu . . !

Serpihan-serpihan salju jatuh di rambut pirangnya yang panjang terurai dengan ikal indah sampai melewati lehernya.
Namun saat itu ia tidak memikirkannya karena yang terpikir olehnya adalah jendela-jendela rumah yang dilewatinya.
Ia melihat cahaya lilin berkilauan dan tercium bau sedap angsa panggang di malam tahun baru itu.

Pada sudut di antara dua rumah ia berhenti.
Rumah yang satu lebih menonjol dari rumah yang satunya lagi.
Kemudian gadis itu duduk dengan tubuh yang meringkuk.
Ia menarik kaki kecilnya lebih dekat ke tubuhnya , namun ia merasa makin lama kian dingin.
Saat itu ia tidak berani pulang karena tak satu pun korek api yang terjual , yang berarti ia tidak dapat membawa pulang uang sedikitpun.
Ia takut ayahnya akan memukulnya karena hal tersebut.
Lagi pula dirumahnya juga dingin sebab atap rumah yang berlubang-lubang sehingga angin leluasa masuk.

Tangan-tangan kecil itu hampir mati rasa karena dingin.
Jika saja ia memberanikan diri membakar satu batang saja korek api , pasti bisa memberikan kehangatan.
Akhirnya ,
dengan gemetar ia terpaksa mengambil sebatang korek api itu dan menempelkan pada dinding korek tersebut.
Kemudian dengan memberanikan diri ia menggesekannya
"Rrrrsstt . . !" , menyala dan terbakar batang korek tersebut dengan mengeluarkan cahaya seperti lilin.
Api kecil yang hangat dan terang , serta menyenangkan.
Ia menangkupkan tangannya pada cahaya itu.
Gadis kecil itu merasa seolah duduk didepan tungku perapian yang besar dengan kaki kuningan mengkilat yang penuh hiasan diatasnya.
Apinya membawa kehangatan yang menyenangkan.
Kemudian gadis kecil menjulurkan kakinya agar hangat.
Namun tiba-tiba api kecil itu padam dan tungku itu lenyap.
Yang tertinggal hanya puntung korek api di tangannya.
Semua hanya angan-angannya . . !

Ia menggesekan sebatang korek api lagi dan menyala dengan terang seperti yang tadi.
Dinding didepannya yang tertimpa cahaya korek api tersebut seolah menjadi tembus pandang hingga ia dapat melihat kedalam ruang dibaliknya.
Di atas meja terbentang alas meja seputih salju , diatasnya terdapat alat-alat makan porselin yang indah dan angsa panggang yang masih berasap dengan isi apel serta plum kering.
Kemudian angsa itu melompat dari piring yang berada diatas meja.
Merayap di lantai dengan pisau dan garpu menancap di dada angsa panggang tersebut.
Ketika angsa panggang tiba di depan gadis itu , korek api padam dan hanya meninggalkan tembok tebal yang dingin serta lembab di depan gadis kecil itu.
Lagi-lagi , semua hanya anganya . . !

Ia menyalakan sebatang korek api lagi.
Kali ini ia seolah duduk dibawah pohon natal yang luar biasa indah.
Pohon natal itu jauh lebih besar dengan hiasan yang jauh lebih indah dari yang dilihatnya lewat pintu kecil rumah didepannya , rumah milik pedagang kaya.
Ribuan lampu menyala pada cabang-cabang pohon yang hijau itu , seolah memandangnya dari atas.
Ia menjulurkan tangannya untuk meraih lampu-lampu itu tetapi korek api padam.
Ia masih terus melihat keatas dimana lampu-lampu pohon natal tersebut seolah naik makin tinggi dan tinggi.
Gadis kecil melihat seolah lampu itu menjadi bintang-bintang di langit yang kemudian satu jatuh membentuk jejak panjang seperti garis api.
"Seseorang baru meninggal . . ! ?", kata gadis kecil itu lirih dan lemah.
Anggapan seperti itu pernah dikatakan kepadanya oleh neneknya yang sekarang telah tiada.
Nenek satu-satunya orang yang menyayanginya pernah berkata bahwa jika sebuah bintang jatuh , maka satu jiwa naik ke surga.

Ia menarik sebatang korek api lagi dan dalam cahayanya , ia melihat neneknya yang tua.
Begitu terang dan bercahaya . . !
Begitu lembut dan penuh kasih . . !
"Neneeeekk . . .
Bawa aku bersamamu . . ! ?
", jeritnya.
Ia tahu nenek akan pergi jika korek api itu padam.
Nenek akan menghilang seperti tungku yang hangat itu , hilang seperti angsa panggang yang lezat dan hilang seperti pohon natal yang indah itu.

Akhirnya dengan cepat-cepat ia menggesekan seikat korek api karena ia ingin menjaga agar neneknya tetap bersamanya.
Cahaya korek api itu begitu terang , lebih terang dari siang hari.
Belum pernah ia melihat neneknya begitu cantik dan tinggi.
Kemudian nenek menarik gadis kecil itu kedalam pelukannya dan mereka berdua terbang tinggi.
Begitu tinggi hingga tiada rasa dingin , lapar , dan cemas.
Karena mereka sekarang bersama Tuhan.

Namun yang sebenarnya pada sudut itu.
Pada dini hari , di tahun baru.
Di sudut antara dua rumah tersebut , duduk gadis kecil malang dengan pipi merona dan senyum dibibirnya.
Tubuh gadis kecil itu bersandar di dinding , membeku kedinginan pada malam terakhir tahun kemarin.
Ia duduk kaku dengan korek apinya yang seikat sudah terbakar.
"Ia ingin menghangatkan dirinya..!?!", kata orang-orang.
Padahal tak seorang pun tahu bahwa ia telah melihat kejadian-kejadian indah.
Tak seorang pun menduga bahwa ia bersama neneknya telah memasuki kebahagiaan tahun baru.


Silahkan Komentar
No content for this blog yet.
Sebelum Komertar Itu Di Larang..!


Jombang Gudo - PP