watch sexy videos at nza-vids!
+

LEGENDA JAKA TARUB


Dahulu kala di desa Tarub , tinggallah seorang janda bernama
Mbok Rondho Tarub.
Sejak suaminya meninggal dunia , ia mengangkat seorang bocah laki-laki sebagai anaknya dan diberi nama Jaka Tarub.
Jaka Tarub merupakan anak yang baik , ringan tangan dalam melakukan pekerjaan.
Setiap hari ia membantu Mbok Rondho mengerjakan sawah ladangnya karena dari hasil sawah ladang itulah mereka hidup.
Mbok Rondho amat mengasihi Jaka Tarub seperti anak kandung sendiri.

Waktu terus berlalu dan Jaka Tarub pun telah beranjak dewasa.
Wajahnya yang tampan serta tingkah lakunya yang sopan hingga banyak gadis yang mendambakan untuk dapat menjadi istrinya.
Namun Jaka Tarub belum pengen beristri karena ia ingin berbakti kepada Mbok Rondho yang sudah di anggapnya sebagai ibu kandungnya sendiri.
Ia bekerja semakin tekun hingga hasil sawah ladangnya melimpah.
Meski hasil sawah ladang melimpah , tidak menjadikan Mbok Rondho lupa diri dan sombong.
Mbok Rondho yang pemurah selalu membagi hasil dari sawah ladangnya kepada tetangga yang kekurangan.
"Jaka Tarub , anakku . . !
Mbok lihat kamu sudah dewasa dan sudah pantas untuk meminang seorang gadis.
Lekaslah menikah , Simbok pengen menimang cucu..!
", kata Mbok Rondho suatu hari.
"Tarub belum ingin , Mbok . . !", jawab Jaka Tarub.
"Tapi jika Simbok tiada kelak , siapa yang akan mengurusmu..?", tanya Mbok Rondho lagi.
"Sudahlah Mbok . . !
Semoga saja Simbok berumur panjang..!
", jawab Jaka Tarub singkat.

Hari-hari pun cepat berlalu , hingga pada suatu hari
"Kadingaren , hari sudah terang tetapi Simbok belum bangun..?", guman Jaka Tarub suatu pagi.
Kemudian ia pun bergegas menghampiri Simbok di kamarnya.
"Simbok sakit ya . . ?", tanya Jaka Tarub sambil meraba kening Simboknya.
"Iya , Le . . !", jawab Mbok Rondho lemah.
Jaka Tarub kemudian mencari daun
dhadhap serep untuk mengompres Simboknya.
Namun rupanya umur Mbok Rondho hanya sampai hari itu karena menjelang siang ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Sejak kematian Mbok Rondho ,
Jaka Tarub sering melamun hingga kini sawah ladangnya jadi terbengkalai.
"Sia-sia aku bekerja...untuk siapa hasilnya..?", demikianlah guman dan apa yang tengah dipikirkan Jaka Tarub.

Suatu malam ,
Jaka Tarub bermimpi sedang memakan daging rusa hingga saat terbangun dari mimpi ia menjadi berselera ingin makan daging rusa.
Maka ,
pagi harinya ia pergi ke hutan dengan membawa sumpitnya.
Namun sampai siang hari tak seekor rusa pun dijumpainya.
Jangankan rusa ,
kancil pun tak ada. Padahal Jaka Tarub sudah jauh masuk ke hutan yang jarang diambah manusia.
Ia kemudian duduk beristirahat dibawah pohon dekat telaga melepas lelah.
Karena angin yang bertiup sepoi-sepoi membuatnya tertidur.

Tiba-tiba ,
sayup-sayup derai tawa perempuan yang sedang bercanda suka-ria.
Jaka Tarub tergagap , "Suara orang atau apakah itu..?", gumannya.
Kemudian pandangannya ditujukan ke telaga dan disitu tampak tujuh perempuan cantik yang tengah bermain-main air.
Ia ternganga melihat kecantikan mereka.
Tak jauh dari telaga tersebut tergeletak selendang mereka.
Dan tanpa pikir panjang di ambilnya satu selendang itu , kemudian ia sembunyikan.
"Nimas , ayo cepat naik ke darat . . !
Hari sudah sore , kita harus segera kembali ke kahyangan..!
", kata salah satu dari mereka yang ternyata adalah bidadari tertua.
Bidadari yang lain pun naik ke darat dan mengenakan selendang masing-masing.
Namun ,
salah satu bidadari itu tak menemukan selendangnya.
"Kakangmbok , selendangku tidak ada..?", katanya.
Keenam kakaknya turut membantu mencari namun hingga senja tak mereka temukan juga.
"Nimas Nawang Wulan , kami tak bisa menunggumu lama-lama.
Mungkin sudah nasibmu harus tinggal di Mayapada..!
", kata bidadari tertua , "Kami kembali ke kahyangan dulu..!", tambahnya.

Nawang Wulan menangis sendirian meratapi nasibnya.
Saat itulah Jaka Tarub menghampirinya , menolongnya dan kemudian Nawang Wulan diajak pulang kerumahnya.
Kini hidup Jaka Tarub kembali cerah dan tidak sendrian lagi.
Beberapa bulan kemudian ia menikahi Nawang Wulan dan hidup bahagia bersama hingga akhirnya Nawang Wulan pun melahirkan seorang anak yang diberi nama Nawangsih.

Pada suatu hari Nawang Wulan , istri Jaka Tarub berpesan kepadanya :
"Kakang ,
aku sedang memasak nasi.
Tolong jagakan apinya karena aku hendak ke kali..!
Tapi jangan dibuka tutup kukusan itu..!
", pinta istrinya.
Setelah Nawang Wulan pergi ke kali , Jaka Tarub penasaran dengan larangan istrinya tersebut.
Maka , dibukanya kukusan itu dan ternyata di dalamnya hanya terdapat setangkai padi saja.
"Pantas saja , padi di lumbung tidak pernah habis.
Rupanya istriku dapat memasak setangkai padi menjadi nasi satu kukusan penuh..!?!
", guman Jaka Tarub.
Saat istrinya pulang , ia membuka tutup kukusan dan setangkai padi tersebut masih tergolek didalamnya tidak berubah menjadi nasi.
Maka tahulah ia bahwa suaminya telah membuka kukusan tersebut , yang akibatnya kesaktian Nawang Wulan menjadi hilang.
Sejak itu pun , Nawang Wulan harus menumbuk dan menampi beras untuk memasak seperti wanita umumnya sampai tumpukan padi di lumbung terus berkurang.
Hingga akhirnya pada suatu waktu ia menemukan selendangnya diantara tumpukan padi yang sudah berkurang tersebut.
Sekarang ia tahu bahwa suaminyalah yang sebenarnya selama ini telah mengambil dan menyembunyikan selendang tersebut.
Dengan segera dipakainya selendang itu dan pergi menemui suaminya.
"Kakang , aku harus kembali ke kahyangan.
Jagalah Nawangsih dan buatkan dangau di sekitar rumah , lalu setiap malam letakan putri kita disana agar aku dapat datang untuk menyusuinya.
Namun Kakang janganlah mendekat..!
", katanya yang kemudian terbang ke kahyangan.

Jaka Tarub menuruti pesan istrinya dan setiap malam ia hanya bisa memandang anaknya bercanda serta bermain dengan ibunya.
Setelah Nawangsih tertidur , ibunya pun kembali ke kahyangan dan begitulah hal itu terjadi berulang-ulang hingga Nawangsih besar.
Walaupun demikian Jaka Tarub dan anaknya merasa bahwa Nawang Wulan selalu menjaga mereka disaat keduanya mengalami kesulitan dengan bantuan yang secara tiba-tiba.
Dan menurut cerita itu adalah bantuan dari Nawang Wulan.


Catatan :
Mbok , Simbok = Bu , Ibu.
Le {thole} = Panggilan untuk anak lelaki dari Jawa.
Diambah = Dijamah , Diinjak.
Nimas = Adik , panggilan untuk adik perempuan.
Kakangmbok = Kakak , panggilan untuk kakak perempuan.
Mayapada = Bumi.
Kakang = Kakak , panggilan untuk kakak laki-laki atau panggilan untuk suami.


Silahkan Komentar
No content for this blog yet.
Sebelum Komertar Itu Di Larang..!


Jombang Gudo - PP