watch sexy videos at nza-vids!
+

NABI MUSA AS


Pembaca yang baik.
Saya akan memberi sedikit gambaran tentang keadaan Mesir , jauh sebelum nabi Musa as dilahirkan.
Hokeh , begini kisahnya :
Ya'qub ,
seperti yang telah salah saya tulis pada kisah nabi Yusuf bahwa Ya'qub tinggal di Mesir sejak ia datang untuk bertemu anaknya Yusuf yang telah lama hilang yang akhirnya ketemu dan menetap di Mesir.
Ketika Ya'qub wafat mereka menguburnya ditempat dimana ia dilahirkan yaitu di Palestin. Sedang anak-anaknya tetap tinggal di Mesir bersama Yusuf.
Mereka tinggal hingga menikah dan jumlah mereka bertambah banyak yang akhirnya keturunan Ya'qub juga disebut Bani Isra'il.
Berlalulah tahun demi tahun dan kemudian Yusuf wafat.
Yusuf wafat setelah memperjuangkan Islam. Dan setiap nabi yang diutus oleh Allah SWT , pada dasarnya memperjuangkan agama Islam.
Sejak nabi Adam as sampai nabi Muhammad saw , karena pengertian Islam disini adalah mengesakan Allah ,
semata-mata hanya menyembahNya ,
hanya meminta pertolongan kepadaNya ,
dan berdoa kepadaNya.
Yang secara ringkasnya bisa dibilang Islam berarti menyerahkan niat dan amal hanya semata-mata kepada Allah SWT.
Demikianlah yang kita fahami atau yang kita maksud dari Al-Islam , bukan karena sistem sosial yang dibawa oleh nabi yang terakhir yaitu nabi Muhammad saw.
Tetapi sistem ini merupakan kepanjangan atau kelanjutan dari sistem-sistem sosial yang dibawa para nabi.
Jadi , esensi aqidah satu
dan tidak berbeda dari nabi Adam as sampai nabi Muhammad saw.

Ketika nabi Yusuf wafat , Mesir mengubah sistem tauhid menjadi sistem multi tuhan untuk kedua kalinya.
Menurut dugaan kuat bahwa hal ini terwujud dengan adanya
campur tangan
kelompok-kelompok elit yang sedang berkuasa.
Kelompok elit ini ketika di bawah agama tauhid , mereka tidak mendapatkan suatu perlakuan istimewa atau dibedakan dengan masyarakat umum , karena itu mereka mempunyai kepentingan untuk mengembalikan sistem penyembahan multi tuhan.
Kemudian masyarakat mengikuti penyembahan Fir'aun dan akhirnya Mesir dipimpin keluarga Fir'aun.

Begitulah gambaran yang saya berikan dan sekarang kita ke cerita utama yaitu Nabi Musa as


Nabi Musa as adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub mempunyai ibu bernama Yukabad .
Setelah meningkat dewasa Nabi Musa mempunyai istri bernama Shafura, puteri dari Nabi Syu'aib. Dalam perjalanan hidup Nabi Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang telah diutuskan oleh Allah kepadanya , ia telah dipertemukan beberapa orang nabi diantaranya ialah ayah mertuanya Nabi Syu'aib , Nabi Harun dan Nabi Khidhir. Disini juga diceritakan tentang keterlibatan beberapa orang nabi yang lain di antaranya Nabi Somu'il serta Nabi Daud

Catatan :
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib , mertua Nabi Musa.
Sebagian besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib as yang diutus sebagai rasul kepada kaum Madyan , sedang yang lain berpendapat bahwa ia adalah orang lain yaitu orang yg dianggap kebetulan bernama Syu'aib juga.
Wallahu A'lam bisshawab .

-» Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya ;


Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa , adalah seorang raja yang zalim ,
kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Ia memerintah negaranya dengan kekerasan , penindasan dan melakukan sesuatu dengan sewenang-wenang. Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka , terutama Bani Isra'il yang menjadi hamba kekejaman , kezaliman dan diperlakukan sewenang-wenang dari raja dan orang-orangnya.
Mereka merasa tidak tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah , walaupun berada dalam rumah mereka sendiri.
Mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja.
Mereka selalu berdebar-debar ,
was-was ,
cemas ,
gelisah dan ketakutan bila mereka mendengar suara pegawai-pegawai kerajaan lewat di sekitar rumah mereka. Apalagi ditambah bunyi sepatu mereka sudah terdengar di depan pintu.

Raja Fir'aun yang sedang dimabuk kuasa yang tidak terbatas itu ,
bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya ,
bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya.
Pada suatu hari beliau dikejutkan oleh ramalan seorang ahli nujum kerajaan ,
yang tiba-tiba datang menghadap raja dan memberitahu bahwa menurut firasat falaknya {wangsit} , bahwa seorang bayi lelaki akan dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.

Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan dalam lingkungan kerajaan Mesir harus dibunuh dan diadakan penelusuran yang teliti sehingga tidak ada seorangpun dari bayi lelaki {tanpa terkecuali} , terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya.
Setiap rumah dimasuki dan diselidiki. Dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang dan merasa aman terhadap kekuasaan kerajaannya setelah mendengar para anggota kerajaannya , bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup.
Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dapat dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah difirman "Kun" pasti akan jadi maka terjadilah kenyataan "Fayakun". Tidak ada satu kekuasaan walau bagaimanapun besarnya dan tidak ada kekuatan walau bagaimanapun hebatnya , dapat menghalangi atau mengagalkannya.

Raja Fir'aun sekalipun tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya yang megah , menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz , akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justru diasuh dan dibesarkan didalam istananya sendiri.
Dan kelak akan diwarisi oleh umat Bani Isra'il yang telah dimusuhi , dihina , ditindas dan di ikat kebebasannya.
Bayi asuhnya itu , bagaikan bunga mawar yang tumbuh diantara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam.

Yukabad , istri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang diri disalah satu sudut rumahnya menanti datangnya seorang bidan yang akan memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Bidan datang dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar dan sehat afiat.
Dengan lahirnya bayi itu , maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa , yg dirasakan oleh setiap perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali.
Ia merasa sedih dan khawatir bahwa bayinya yang sangat disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun.
Ia mengharapkan agar bidan itu merahasiakan kelahiran bayinya dari siapapun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedihnya hati seorang ibu , bila kehilangan bayi yang baru dilahirkan. Bidan itu memberi kesanggupan dan berjanji akan merahasiakan kelahiran bayinya.

Setelah bayi mencapai tiga bulan , Yukabad merasa tidak tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas dan khawatir terhadap keselamatan bayinya.
Allah memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya didalam sebuah peti yang tertutup rapat , kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya terapung
diatas sungai Nil.
Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas dgn keselamatan bayinya karena Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.

Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan Illahi ,
maka dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad , setelah ditutup rapat dan dicat dengan warna hitam ,
terapung dipermukaan air sungai Nil.
Kakak Musa diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahasia itu agar diketahui dimana ia berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh peti yang mempunyai arti yang sangat besar bagi perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa , ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasi itu , ditemukan oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya.
Akhirnya dibawalah peti itu masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya , istri Fir'aun.
Yukabad yang diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu , menjadi kosong hatinya karena sedih dan hampir saja membuka rahasia tentang peti itu , seandainya Allah tidak meneguhkan dan menguatkan hatinya dgn jaminan Allah yang telah diberikan kepadanya.

Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh istrinya {Aisah} , tentang bayi laki-laki yang ditemukan putrinya , didalam peti yang terapung diatas permukaan sungai Nil , segera memerintahkan untuk membunuh bayi itu dgn berkata kepada istrinya : "Aku khawatir bahwa inilah bayi yang diramalkan ,
yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami ,
yg akan membinasakan kerajaan kami yg besar ini
". Akan tetapi istri Fir'aun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang kepada bayi yang lucu dan manis itu , berkata pada suaminya : "Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh.
Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak , siapa tahu kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kita.
Hatiku sangat tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu
". Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka dibukalah jalan agar terlaksana takdir itu.
Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasulNya , menyampaikan amanat wahyuNya kepada hamba-hambaNya yang sudah sesat.

Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun ,
berarti air dan pohon
{Mu=Air , Sa=Pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi itu.
Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa pengasuh untuk menjadi ibu susuan Musa.
Akan tetapi setiap pengasuh yang mencoba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedot dari setiap susu yang diletakkan kebibirnya.
Ketika istri Fir'aun sedang bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menyusu dari sekian banyak pengasuh yang didatangkan ke istana , datanglah kakak Musa menawarkan seorang pengasuh lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.

Tapi sebelumnya , kakak Musa ditanya oleh keluarga Fir'aun , apakah ia mengenal keluarga bayi itu , dan kakak Musa menjawab : "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini.
Aku hanya ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin dalam mengasuh anak , siapa tahu bayi itu mau menerima air susu ibu keluarga itu
". Anjuran kakak Musa diterima oleh istri Fir'aun dan seketika itu juga dijemput ibu kandung Musa sebagai pangasuh bayaran.
Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya , disedotlah air susu ibu kandungnya itu dengan sangat lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya , untuk diasuh selama masa menetek dengan imbalan upah yang besar.
Maka dengan demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu.

Setelah selesai masa untuk menyusui , dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana ,
dimana ia akan diasuh ,
dibesarkan dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang lain.
Ia mengenderai kendaraan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun , sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin Fir'aun.
Tentang Isi Cerita Diatas
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah "Al-Qashash" ayat 4 - 13.


-» Musa Keluar Dari Mesir ;


Sejak ia dikembalikan ke istana oleh ibunya setelah disusui , Musa hidup sebagai salah seorang dari keluarga kerajaan hingga mencapai usia dewasa , dimana ia memperolehi asuhan dan pendidikan sesuai dengan tradisi istana.
Allah mengkaruniai hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya.
Di samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikaruniai oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan sadar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir didalam tubuhnya ,
bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il yg ditindas dan diperlakukan sewenang-wenang oleh kaum Fir'aun.
Karena itu ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela dari kaumnya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa.
Demikianlah , karena terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang teraniaya , maka terjadi suatu peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.

Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan disebuah lorong pada waktu tengah hari , dimana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur siang,
Ia melihat dua orang sedang berkelahi , yg seorang dari golongan Bani Isra'il bernama Samiri dan yg seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun.
Musa yang mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lenih besar itu , segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebah dan menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Musa terkejut melihat Fatun , orang Fir'aun itu mati karena tinjunya yang tidak mengharapkan akan dapat membunuhnya.
Ia merasa berdosa. Lalu ia berdoa dan beristighfar kepada Allah memohon ampun atas perbuatannya yang tidak sengaja , yg telah melayangkan nyawa salah seorang dari hamba-hambaNya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbincangan ramai , sehingga para penguasa kerajaan menduga bahwa pasti orang-orang Isra'il lah yang telah melakukan pembunuhan itu.
Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat , bila ia tertangkap.

Anggota dan pasukan keamanan negara dikerahkan ke seluruh pelosok kota untuk mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun , yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa saja.
Akan tetapi , walaupun tidak ada orang ketiga yang menyaksikan peristiwa itu , Musa merasa cemas dan takut.
Dan harus dalam keadaan siap untuk menghadapi akibat perbuatannya itu , jika sampai tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari kemungkinan terbongkarnya rahasia pembunuhan yang ia lakukan , tatkala ia terjebak lagi tanpa disengaja dan bertemu lagi dengan Samiri yang pernah ditolongnya melawan Fatun.
Kali ini Samiri juga dalam keadaan berkelahi untuk kedua kalinya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun. Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya.
Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi dgn berkata menegur Samiri : "Sesungguhnya engkau adalah orang yang telah sesat". Samiri menyangka bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya , lalu berteriaklah Samiri : "Apakah engkau ingin membunuhku seperti engkau membunuh
orang yg kemarin . .? Rupanya engkau ingin menjadi orang yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan kedamaian
".

Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun , yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya.
Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir , yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rencana penangkapan Musa , seorang lelaki salah satu dari sahabatnya datang dari ujung kota memberitahu kepadanya dan menasehati agar segera meninggalkan Mesir ,
karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap.
Lalu keluarlah Musa dgn terburu-buru meninggalkan Mesir , sebelum anggota polisi sempat menutup dan mengunci pintu gerbang.
Tentang Isi Cerita Diatas
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah "Al-Qashash" ayat 14 - 21.


-» Musa Bertemu Jodoh di Kota Madyan ;


Dengan berdoa kepada Allah : "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya orang-orang yang zalim", keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri ,
tiada pembantu selain inayahnya Allah ,
tiada kawan selain cahaya Allah ,
dan tiada bekal kecuali iman dan taqwa kepada Allah.
Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan tanah airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.

Setelah menjalani perjalanan selama 8 hari 8 malam dengan berkaki ayam {tidak bersepatu} , sampai terkupas kedua kulit telapak kakinya , tibalah Musa dikota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak ditimur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirahat dibawah sebuah pokok yang rindang untuk menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang jauh , merenung seorang diri karena nasibnya sebagai salah seorang anggota istana kerajaan , kini menjadi seorang pelarian dan buruan.
Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan kepada siapa ia harus berkunjung ,
di tempat di mana ia tidak mengenal dan tidak dikenal orang ,
tiada sahabat dan saudara. Dalam keadaan demikian terlihat olehnya sekumpulan penggembala berdesak-desakan mengelilingi sebuah sumber air untuk memberi minum ternaknya ,
sedang tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang menunggu giliran untuk memberi minum ternaknya.

Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu , yang sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya : "Apakah gerangan yang kamu tunggu disini..?". Kedua gadis itu menjawab : "Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternak kami , namun kami tidak dapat berdesakan dengan lelaki yang masih berada disitu.
Kami menunggu hingga mereka selesai memberi minum ternak mereka.
Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri , apalagi datang kemari
". Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata , diambilnya timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikan kepada mereka setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.

Setibanya dirumah , kedua gadis itu bercerita kepada ayah mereka tentang pengalamannya dengan Nabi Musa , karena pertolongannya yang tidak diminta itu mereka dapat lebih cepat kembali ke rumah dari biasa.
Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib , tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu , yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan sekaligus menyatakan terima kasih kepadanya.
Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang kerumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada dibawah pohon dan masih melamun.
Dalam keadaan letih dan lapar Musa berdoa : "Ya Tuhanku , aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit makanan yang Engkau turunkan kepadaku". Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya : "Ayahku mengharapkan kedatanganmu kerumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekedar upah atas jasamu menolong kami , mendapatkan air untuk kami dan ternakan kami". Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu , tiada mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu dengan senang hati.
Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah , hormat dan mengucapkan rasa terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dan bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis yang sudah lanjut usianya itu , Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi pada dirinya di Mesir sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar meninggalkan tanah airnya untuk menghindari hukuman penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.

Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya : "Engkau telah lepas dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat rahmat Tuhan dan pertolonganNya.
Dan engkau sudah berada disebuah tempat yang aman dirumah kami ini ,
engkau akan tinggal dengan tenang dan tenteram selama engkau suka
". Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang dihormati dan disegani ,
Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan rumah yang merasa kagum dgn keberanian dan kecerdasannya ,
kekuatan jasmani dan perilakunya yang lemah lembut ,
budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur.
Dimana telah menimbulkan ide didalam hati salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa sebagai pembantu mereka.
Berkatalah gadis itu kepada ayahnya : "Wahai ayah . .! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumah tangga dan penternakan kami.
Ia adalah orang yang kuat badannya ,
luhur budi perkertinya ,
baik hatinya dan dapat dipercayai
". Saran gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya dirumah , menunjukkan sikap bergaul yang manis ,
perilaku yang hormat dan sopan serta tangan yang ringan suka bekerja , suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya : "Wahai Musa . .! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur , selama engkau berada dirumah kami.
Dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut , maka aku ingin sekali mengambilmu sebagai menantu ,
menikahkan engkau dgn salah seorang dari kedua gadisku ini.
Jika engkau dengan senang hati menerima tawaranku ini , maka sebagai mas kawinnya , aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama 8 tahun mengurus penternakan kami dan soal-soal rumah tangga yang memerlukan tenagamu.
Dan aku sangat berterima kasih kepadamu bila engkau secara suka rela mau menambah 2 tahun dari 8 tahun yang menjadi syarat mutlak itu
".

Nabi Musa sebagai buronan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di negeri orang sebagai perantau ,
tiada sanak saudara ,
tiada sahabat ,
lalu menerima tawaran Syu'aib itu sebagai karunia dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan hidupnya sebagai seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk menanggung beban kehidupan bersama , dengan segala duka dan dukanya.
Dan tanpa berfikir panjang ia berkata kepada Syu'aib : "Aku merasa sangat bahagia , bahwa paman telah berkenan menerimaku sebagai menantu , semoga aku tidak menghampakan harapan paman yang telah berjasa kepadaku.
Dan sebagai tamu yang diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah , kemudian dijadikannya sebagai menantu , suami untuk anak puterinya.
Syarat kerja yang paman kemukakan sebagai maskawin , aku setujui dengan penuh tanggungjawab dan dengan senang hati
".
Setelah masa 8 tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Musa , dinikahkanlah ia dengan puterinya yang bernama Shafura.
Dan sebagai hadiah pernikahan diberilah pasangan pengantin baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai suami-isteri.
Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda terima kasih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya , perternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepat dan memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda.
Tentang Isi Cerita Diatas
Terdalam Al-Qur'an , yaitu
Surah "Al-Qashash" ayat 22 - 28.


-» Musa Pulang ke Mesir dan Menerima Wahyu ;


Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya , sejak ia melarikan diri dari buruan kaum Fir'aun.
Sebuah waktu yang cukup lama bagi seseorang dapat bertahan menyimpan rasa rindunya kepada tanah air , tempat tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan kebahagiaan hidup ditanah airnya sendiri.
Apalagi seperti Musa yang mempunyai kenangan hidup yang indah selama ia berada ditanah airnya sendiri sebagai orang dari keluarga kerajaan yang megah dan mewah , maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan ingin pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.
Bergegaslah Musa berserta istrinya mengemasi barang dan menyediakan kendaraan lalu meminta diri dari orang tuanya. Berangkatlah Musa menuju ke selatan menghindari jalan umum agar tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan arah dan bingung manakah yang harus ia tempuh.
Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti lalu lari ke jurusan api itu sambil berkata kepada isterinya : "Tunggullah kamu disini menantiku.
Aku akan pergi melihat api yang menyala diatas bukit itu , aku akan segera kembali. Mudah-mudahan aku dapat petunjuk dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa obor api untuk menghangatkan badanmu yang sedang menggigil kedinginan
". Ketika Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara seruan kepadanya datang dari sebatang pohon kayu dipinggir lembah sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi Allah. Suara seruan yang didengar oleh Musa itu adalah : "Wahai Musa . .! Aku ini adalah Tuhanmu , maka tanggalkanlah kedua terompahmu.
Sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu , maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain Aku , maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat akan Aku
".

Itulah wahyu pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa sebagai tanda kenabiannya , dimana ia telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan nabiNya yang dipilih. Nabi Musa dalam kesempatan berbicara langsung dengan Allah di atas bukit Thur Sina itu telah diberi bekal oleh Allah Yang Maha Kuasa dua jenis mukjizat sebagai persiapan untuk menghadapi kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada Musa : "Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu hai Musa..!". Suatu pertanyaan yang mempunyai arti yang lebih dalam dari apa yang terlintas , yang tidak dapat dimengerti oleh Nabi Musa melalui jawabannya yang sederhana. "Ini adalah tongkatku , aku bertelekan {bertumpu} padanya dan aku pukul daun dengannya untuk makanan kambingku.
Selain itu aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting bagiku
". Maksud dan arti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana itu baru dapat dimengerti dan dipahami oleh Musa setelah Allah memerintahkan kepadanya agar meletakkan tongkat itu diatas tanah , lalu menjelma menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat sehingga membuat Musa lari ketakutan. Allah berseru kepadanya : "Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya seperti semula". Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa , ia segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib , mertuanya ketika ia berangkat dari Madyan.
Sebagai mukjizat yang kedua , Allah memerintahkan kepada Musa agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya , yang nyata setelah dilakukannya perintah itu , tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit.
Tentang Isi Cerita Diatas
Terdapat Pada Al-Qur'an , yaitu
Surah "Thaha" ayat 9 - 23.


-» Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun


Raja Fir'aun yang telah berkuasa di Mesir telah lama menjalankan pemerintahan yang zalim , kejam dan ganas. Rakyatnya yang terdiri dari bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan bangsa Isra'il yang merupakan golongan pendatang , hidup dalam suasana penindasan , merasa tidak aman bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang dari pihak penguasa pemerintahan terutama ditujukan kepada Bani Isra'il yang tidak diberi kesempatan hidup tenang dan tenteram.
Mereka dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar berbagai pungutan yang tidak dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt , bangsa Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman , kekejaman , penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh Fir'aun kepada rakyatnya , terutama kaum Bani Isra'il , ia juga menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja.
Dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman , sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan , kerusakan moral dan akhlak.
Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir'aun sebagai RasulNya , mengajakkan beriman kepada Allah , menyadarkan dirinya bahwa ia adalah makhluk Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya , yang tidak sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahwa Tuhan yang wajib disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa , yang telah menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan Madyan , selalu dibayangi oleh ketakutan tentang peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh tahun yang lalu itu , belum terlupakan dan masih belum hilang dari ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun.
Ia tidak mengabaikan kemungkinan bahwa mereka akan melakukan pembalasan terhadap perbuatan yang tidak ia sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah mereka.
Ia hanya terdorong rasa rindunya yang teramat sangat kepada tanah tumpah darahnya dengan memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang mungkin akan dihadapi.

Jika pada waktu berangkat dari Madyan dan selama perjalannya ke Thur Sina , Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan pembalasan Fir'aun , Maka dengan perintah Allah yang berfirman : "Pergilah engkau ke Fir'aun , sesungguhnya ia telah melampaui batas", segala bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan melaksanakan perintah Allah menghadapi Fir'aun apa pun akan terjadi pada dirinya.
Hanya untuk menenteramkan hatinya berkatalah Musa kepada Allah : "Aku telah membunuh seorang dari mereka , maka aku khawatir mereka akan membalas membunuhku , berikanlah seorang pembantu dari keluargaku sendiri , yaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir itu , apalagi Harun saudaraku itu lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih pandai dariku untuk berdebat dan bermujadalah {berdialog}". Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa , maka digerakkanlah hati Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan diiringi firman Allah : "Janganlah kamu berdua takut dan khawatir akan disiksa oleh Fir'aun.
Aku menyertai kalian berdua dan Aku mendengar serta melihat dan mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan Fir'aun.
Berdakwahlah kamu kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut , sadarkanlah ia dari kesesatannya , ajaklah ia beriman dan bertauhid ,
meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya.
Mudah-mudahan dengan sikap yang lemah lembut kalian berdua , ia akan sadar dari kesesatan dirinya , takut akan akibat kesombongan dan kecongkakannya
".
Isi Cerita Diatas
Terdapat Al-Qur'an , yaitu
Surah "Al-Qashash" ayat 33 - 35.
Surah "Thaha" ayat 42 - 47.


-» Mujadalah {dialog} Antara Musa Dengan Fir'aun ;


Akhirnya Musa dan Harun dapat juga kesempatan bertemu dgn raja Fir'aun yang menyatakan dirinya sebagai tuhan itu , setelah menempuh beberapa rintangan yang biasa dilalui oleh orang yang ingin bertemu dengan raja pada waktu itu.
Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasehatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua : "Siapakah kalian berdua ini . .?". Musa menjawab : "Kami , Musa dan Harun adalah pesuruh Allah yg diutus kepadamu , agar engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu.
Menyerahkan mereka kepada kami , agar mereka menyembah kepada Allah dengan leluasa dan menghindari siksaanmu
". Fir'aun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya : "Bukankah engkau adalah Musa yang telah kami asuh sejak engkau masih bayi dan tinggal bersama kami dalam istana sampai mencapai usia remajamu.
Yang mendapat pendidikan dan pelajaran sehingga engkau pandai,,?
Dan bukankah engkau yang melakukan pembunuhan kepada salah seorang dari golongan kami . .?
Sudah lupakah engkau dgn itu semua..?
Dan tidak ingatkah engkau dgn kebaikan dan jasa kami kepadamu..?
". Musa menjawab : "Bahwasanya engkau telah memelihara aku sejak bayi , itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan.
Karena jatuhnya aku kedalam tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu , ketika engkau memerintahkan agar orang-orangmu menyembelih setiap bayi laki-laki yang lahir.
Sehingga ibuku terpaksa membiarkan aku terapung dipermukaan sungai Nil didalam sebuah peti yang kemudian ditemukan putrimu dan dipungut oleh isterimu ,
sehingga selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau perintahkan.
Sedangkan mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan adalah akibat godaan syaitan yang menyesatkan , namun peristiwa itu akhirnya merupakan suatu rahmat dan berkah yang tersembunyi buatku.
Sebab dalam perantauanku ketika aku melarikan diri dari negerimu , Allah mengkaruniakan aku dengan hikmah dan ilmu serta mengutus aku sebagai Rasul dan pesuruhNya.
Maka , dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah Allah untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah ,
meninggalkan kezaliman dan penindasanmu terhadap Bani Isra'il
".

Fir'aun bertanya : "Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu , hai Musa . .? Adakah tuhan diatas bumi ini selain aku yang patut di sembah dan dipuja..?". Musa menjawab : "Ada , yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam". Tanya Fir'aun : "Siapakah Tuhan seru sekali alam itu..?". Musa menjawab : "Ialah Tuhan langit dan bumi. Tuhan segala apa yang ada antara langit dan bumi". Berkata Fir'aun kepada para penasehatnya dan para pembesar kerajaan yang berada disekitarnya.
Sesungguhnya tugas Rasul yg diberikan kepada mereka ini adalah orang yang gila , kemudian ia balik bertanya kepada Musa dan Harun: "Siapakah Tuhan kalian berdua . .?". Musa menjawab : "Tuhan kami adalah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk suatu bentuk kejadian , kemudian memberi petunjuk kepadanya". Fir'aun bertanya : "Terus bagaimana dengan umat-umat yang dahulu ,
yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini , malahan mereka menyembah berhala dan patung-patung . .?
". Musa menjawab : "Pengetahuan tentang itu ada disisi Tuhan. Jika Dia telah menurunkan azab dan siksanya kepada mereka , itu karena kecongkakan dan kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan yang benar.
Jika Dia menunda azab dan siksa mereka hingga hari kiamat , itu adalah kehendakNya yang hikmahnya belum kita ketahui.
Allah telah mewahyukan kepada kami bahwa azab dan siksanya adalah jalan yang benar
". Fir'aun yang sudah tidak berdaya menjawab dalil-dalil Nabi Musa yang diucapkan secara tegas dan berani , merasa tersinggung. Bahwa kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya , telah dijatuhkan oleh Musa.
Maka dgn menujukan amarahnya , Fir'aun berkata kepada Musa sambil mengancam : "Hai Musa . .! jika engkau mengakui tuhan selain aku , maka engkau akan kumasukkan ke dalam penjara". Musa menjawab : "Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran dakwahku..?". Fir'aun menantang dengan berkata : "Tunjukanlah tanda dan bukti-bukti yang nyata ,
yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tidak berdusta
".
Dialog Antara Musa dan Fir'aun
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 - 31.


-» Musa Memperlihatkan 2 Mukjizat Kepada Fir'aun ;


Menjawab tantangan Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenaran yg dibawa Musa , maka dengan serta-merta Musa melemparkan tongkat mukjizatnya ke lantai , yang kemudian segera menjelma menjadi seekor ular besar yang merayap menuju ke Fir'aun.
Karena ketakutan Fir'aun melompat dari singgahsananya dan melarikan diri sambil berseru kepada Musa : "Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama 18 tahun panggillah kembali ularmu itu". Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah rasa heran dan takutnya hilang darinya : "Adakah bukti lain , yang dapat engkau tunjukkan kepadaku . .?".
"Ya , lihatlah . .!", Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya. Dan ketika tangannya dikeluarkan dari saku , bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun dan semua orang yang sedang berada ditempat itu.
Fir'aun sebagai raja yang sudah menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan mudah percaya ,
tidak akan menyerah begitu saja kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah diperlihatkan dua mukjizat.
Ia bahkan berkata kepada kaumnya yg ia khawatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa ,
bahwa apa yg baru saja dilakukan Musa semuanya adalah perbuatan sihir ,
juga bahwa Musa dan Harun adalah ahli sihir yang mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir dan para penduduknya , dgn menggunakan kekuatan sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh penasehatnya yang dikepalai oleh Haman agar mematahkan sihir Musa dan Harun itu , dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan Harun.
Anjuran itu disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua mukjizat Allah yang oleh mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu lalu ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun menerima tantangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan ahli-ahli sihir.
Musa berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindungan Allah , ia akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu.
Pertandingan antara sihir yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang dikaruniakan oleh Allah.

Pada suatu hari , dimana hari itu yg telah ditentukan untuk mengadakan pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang telah ditentukan untuk menyaksikan perlombaan kepandaian menyihir yg pertama kali diadakan di kota Mesir.
Ditempat itu sudah berada ahli-ahli sihir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh wilayah kerajaan , yg masing-masing membawa tongkat , tali dan alat sihir lainnya.
Mereka cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian mereke , untuk memenangkan pertandingan.
Mereka telah memperoleh janji dari Fir'aun akan diberi hadiah dan uang dalam jumlah yang besar bila berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing pembesar negeri sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Fir'aun yang telah duduk diatas kursi singgahsananya , maka dinyatakan pertandingan dimulai.
Kemudian atas persetujuan Musa , dipersilahkan para lawannya beraksi lebih dalu mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan tali-tali mereka ketengah-tengah lapangan .
Musa merasa takut ketika terlihat olehnya bahwa tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan ular sungguhan yang merayap cepat.
Namun Allah tidak mebiarkan hamba utusanNya berkecil hati menghadapi tipu daya orang-orang kafir itu. Allah berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas : "Janganlah engkau merasa takut dan cemas ,
hai Musa . .! Engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan ini. Lemparkanlah segera apa yang ada ditanganmu
".

Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika melihat ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular dan segala apa yang terlihat sebagai hasil sihir mereka.
Mereka segera menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan Musa sambil berkata : "Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhamkan oleh syaitan tetapi sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mempercayai risalah mereka dan beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala kami sendiri". Fir'aun raja yang congkak dan sombong , yang menuntut disembah dari rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada Musa ,
bahkan menyatakan beriman kepada Tuhan Musa dan kepada kenabiannya serta menjadi pengikut-pengikutnya.
Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai pelanggaran terhadap kekuasaannya ,
penentangan terhadap ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata kepada mereka : "Apakah kalian berani beriman kepada Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kalian..? Bukankah ini suatu persekongkolan dari kalian terhadapku..?
Musa dapat mengalahkanmu sebab mungkin ia adalah guru kalian , pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepada kalian.
Dan kalian telah mengatur dengannya permainan yang kalian sandiwarakan di depanku hari ini.
Aku tidak akan tinggal diam menghadapi pengkhianatan kalian ini.
Akan kupotong tangan dan kaki kalian , serta akan kusalibkan kalian semua pada pangkal pohon kurma sebagai hukuman dan balasan atas pengkhianatan ini
".

Ancaman Fir'aun itu disambut mereka dengan sikap dingin dan acuh tak acuh.
Karena Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang menakutkan.
Mereka sebagai orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir dapat membedakan yang mana sihir dan yang mana bukan.
Maka sekali mereka diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah mungkin keyakinan itu akan dapat digoyahkan oleh ancaman apapun.
Berkata mereka kepada Fir'aun menanggapi ancamannya : "Kami telah memdapat bukti yang nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu hanya karena sekedar memenuhi kehendak dan keinginanmu.
Kami akan berjalan terus megikut jejak dan tuntunan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh Yang Maha Benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang akan engkau lakukan terhadap kami semua.
Keputusan kamu hanya berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah diakherat yang kekal dan abadi
".
Isi Cerita Diatas
Terurai Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah "Asy-Syu'ara" ayat 32 - 51.


-» Fir'aun Tetap Keras Kepala dan Semakin Bingung ;


Nabi Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya makin meluas pengaruhnya , sedang Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan kehormatannya menurun.
Ia khawatir jika gerakan Musa tidak segera dipatahkan , akan mengancam keselamatan kerajaannya serta kekekalan mahkotanya.
Para penasehat dan para pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa kecemasan dan kekhawatirannya , tetapi mereka sebaliknya makin membakar dadanya dan makin menakut-nakutinya.
Mereka berkata kepadanya : "Apakah engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan meracuni rakyat dengan macam-macam kepercayaan dan ajaran yang menyimpang dar warisan nenek-moyang kita..?
Tidakkah engkau sadar bahwa rakyat kita makin lama makin terpengaruh oleh hasutan-hasutan Musa , sehingga lama-kelamaan niscaya kita dan tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah ini
". Fir'aun menjawab : "Apa yang kamu katakan itu sudah menjadi perhatianku sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa.
Dan memang kalau kita membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di kalangan pengikutnya yang makin lama makin bertambah jumlahnya ,
yg pasti pada akhirnya akan merusak adat istiadat hidup masyarakat dinegara kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan kita yang megah ini.
Karenanya aku telah merencanakan akan bertindak terhadap Bani Isra'il dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita saja yg akan kubiarkan hidup
".

Rencana jahat Fir'aun diterapkan oleh pegawai dan kaki tangan kerajaannya.
Aneka ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang menurut anggapan masyarakat , mereka itu adalah rakyat kelas kambing dalam kerajaan Fir'aun yang zalim itu.
Dengan makin meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari aparat kerajaan Fir'aun , datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa , mengharapkan pertolongan dan perlindungannya.
Nabi Musa tidak dapat berbuat banyak pada saat itu untuk Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya.
Ia hanya menenteramkan hati mereka , bahwa akan tiba saatnya kelak , dimana mereka akan dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan yang mereka alami.
Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakal dgn memohon kepada Allah ,
agar Allah memberikan pertolongan dan perlindunganNya karena Allah telah menjanjikan akan mewariskan bumiNya kepada hamba-hambaNya yang sholeh , sabar dan bertakwa . .!
Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya.
Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikitpun terhambat oleh tindakan Fir'aun itu.
Demikian pula tidak seorangpun dari para pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun , agar menjadi luntur iman dan keyakinan mereka yang sudah bulat terhadap risalah Musa.
Karena usaha Fir'aun dgn tindakan kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak mencapai hasil , bahkan dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya semakin bersemangat menyiarkan ajaran iman dan tauhid , maka Fir'aun tidak punya pilihan lain selain menyingkirkan orang yang menjadi sumbernya , yaitu dengan membunuh Nabi Musa.

Fir'aun memanggil para penasehat dan pembesar kerajaannya untuk bermusyawarah dan merencanakan pembunuhan Musa.
Di antara mereka yang diundang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun yang merahasiakan imannya.
Ditengah-tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk membincarakan bagaimana cara membunuhan Nabi Musa itu ,
bangkitlah dan berdiri mukmin itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dgn nasehat serta tuntunan untuk mereka yang hadir. Ia berkata : "Apakah kamu akan membunuh seorang lelaki yang tidak berdosa ,
yg hanya berkata bahwa Allah adalah Tuhannya . .? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu.
Ia telah menunjukkan kepada kamu bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya.
Seandainya dia seorang pendusta , maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat dustanya.
Namun jika ia adalah benar dalam kata-katanya , maka niscaya bencana azab yang telah dijanjikan akan menimpa kepadamu.
Dan dalam keadaan yang demikian siapakah yang akan menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan itu..?
". Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata : "Rencanaku harus terlaksana dan Musa harus dibunuh.
Aku mengatakan kepadamu bukan karena apa yang aku pandang baik dan aku menunjukkan kepadamu bukan karena mana jalan yang benar dan baik. Tetapi aku merencanakan ini karena inilah jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan negara
". Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan perkataanya : "Sesungguhnya aku khawatir , jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar , yang dibawa oleh para nabi ,
maka kamu akan ditimpa azab dan siksa yg membinasakan , sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh ,
kaum Aad ,
kaum Tsamud ,
dan umat-umat yang datang sesudah mereka.
Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah akibat dari kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah tidak menghendaki perbuatan zalim terhadap hamba-hambaNya
".

Mukmin itu meneruskan nasehatnya : "Wahai kaumku . .! Sesungguhnya aku khawatir kamu akan menerima siksa dan azab Tuhan dihari khiamat nanti , dimana jika kamu akan berpaling kebelakang , tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu itu dari siksa Allah.
Hai kaumku , ikuti nasehatku , aku hanya ingin menunjukkan apa yg baik untukmu dan mengajak kamu kejalan yang benar.
Ketahuilah bahwa kehidupan didunia ini hanya merupakan kesenangan sementara , sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di akherat
". Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dapat mengubah sikap Fir'aun dan para pemgikutnya ,
walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan kepandaian berpidatonya dengan susunan kata-kata yang rapi , lengkap dengan contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu , yang telah dibinasakan oleh Allah karena perbuatan dan pembangkangan mereka sendiri.
Fir'aun dan para pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin itu ,
agar merubah sikapnya yang membela Musa dan ikut menyetujui rencana jahat mereka.
Ia dinasehati untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri kedalam barisan mereka , menentang Musa dan segala ajarannya.
Bahkan Ia diancam dengan tindakan kekerasan bila ia tidak mau mengubah sikapnya yg pro kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran Fir'aun : "Wahai kaumku , sangat aneh sekali sikap dan pendirianmu ,
aku berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu , tapi kamu berseru kepadaku untuk berkufur kepada Allah dan mempersekutukanNya dengan apa yang aku tidak ketahui.
Ketahuilah , aku berseru kepadamu untuk beriman kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa ,
Maha Perkasa ,
lagi Maha Pengampun.
Sudah pasti dan tidak dapat diragukan lagi , bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan siksa Allah di dunia maupun di akhirat.
Dan sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada Allah yang akan memberi pahala surga bagi orang yang sholeh , bertakwa dan beriman. Sedang orang-orang kafir yang telah melampaui batas akan diberi ganjaran dengan api neraka.
Hai kaumku perhatikanlah nasehat dan peringatanku ini. Kamu akan menyadari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak berguna lagi untuk menyesal atau merasa susah karena perbuatan yang telah dilakukan.
Aku hanya menyerahkan urusan dan nasibku kepada Allah.
Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan kelakuan hamba-hambaNya
".
Kisah Diatas
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah "Al-A'raaf" ayat 127 - 129
Surah "Al-Mukmin" ayat 28 - 33
Surah "Al-Mukmin" ayat 38 - 45.


-» Fir'aun Menghina dan Mengejek Musa ;


Selain tindakan kekerasan yang ditimpakan kepada Bani Isra'il kaumnya Nabi Musa ,
Fir'aun melontarkan penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan membendung pengaruh Nabi Musa yang semakin bertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata Fir'aun kepada para pembesar kerajaannya : "Biarkanlah aku membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya.
Aku ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku.
Aku ingin tahu apakah benar kata-katanya itu , bahwa Tuhannya akan melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya
". Dilain kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya yang sudah diperhambakan jiwanya , terbiasa memuja-mujanya , mengiakan kata-katanya dan mengaminkan segala perintahnya : "Hai rakyatku,,! Tidakkah kamu melihat bahwa aku memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana sungai-sungai mengalir dibawah telapak kakiku ,
sungai-sungai yang memberi kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup buat rakyatku,,?
Dan tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang luas dan ketaatan rakyatku yang bulat kepadaku,,? Bukankah aku lebih baik dan lebih agung dari Musa yang hina-dina itu yang tidak pandai menguraikan isi hatinya dan menerangkan maksud tujuannya.
Megapa Tuhannya tidak memakaikan gelang emas , sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja ,
pemimpin atau pembesar..? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah pesuruh Tuhannya..?
".

Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir'aun itu dengan serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan perintahnya sebagai warga yang setia kepada rajanya , namun zalim dan fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam keadaan seperti itu kesabaran Nabi Musa sampai pada puncaknya ,
melihat Fir'aun dan para pembantunya tetap keras kepala menentang dakwahnya ,
mendustakan risalahnya dan makin menggila tindakan kejamnya terhadap kaum Bani Isra'il , terutama para pengikutnya sendiri yang menyembunyikan imannya karena ketakutan dari kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Maka disampaikan oleh Nabi Musa kepada mereka bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka terus-menerus melakukan kekejaman ,
kezaliman dan penindasan terhadap hambaNya dan berkufur kepada Allah dan RasulNya.
Akan ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap tidak mau sadar dan beriman kepadaNya ,
berbagai macam azab dan siksa didunia sebagai pembalasan yang nyata..!
Berdoalah Nabi Musa , memohon kepada Allah : "Ya Tuhan kami , engkau telah memberi kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup ,
harta kekayaan yang melimpah
dan kenikmatan duniawi ,
yang semua itu mengakibatkan mereka menyesatkan manusia ,
hamba-hambaMu ,
dari jalan yang Engkau ridhoi dan tuntunan yang Engkau berikan.
Ya Tuhan kami , binasakanlah harta benda mereka dan tutuplah hati mereka.
Mereka tidak akan beriman dan kembali kepada jalan yang benar sebelum merasakan siksaMu yang pedih
".
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang diperkenankan oleh Allah , maka dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh krisis keuangan dan makanan ,
dikarenakan mengeringnya sungai Nil sehingga tidak dapat mengairi sawah dan ladang disamping serangan hama yang ganas ,
sehingga menghabiskan padi dan gandum yang sudah menguning.
Belum lagi krisis keuangan dan makanan dapat teratasi , datang bencana banjir yang besar disebabkan oleh hujan yang turun dengan derasnya ,
sehingga menghanyutkan rumah , gedung dan membinasakan binatang-binatang ternak.
Dan sebagai akibat dari banjir itu terjangkitlah bermacam-macam wabah penyakit yang merisaukan masyarakat seperti hidung berdarah dan lain-lain.
Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman hidup mereka , menghilangkan selera makan , minum dan tidur , karena binatang binatang itu berada dimana mana...!!
Pada waktu azab menimpa dan bencana sedang melanda , datanglah mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi kenabiannya , agar memohonkan kepada Allah mengangkat azab dan bencana itu dari mereka dengan perjanjian bahwa mereka akan beriman dan menyerahkan Bani Isra'il kepada Nabi Musa sekirannya mereka dapat ditolong dan terhindar dari azab bencana itu.
Akan tetapi , begitu azab itu dicabut dari mereka dan hilang semua bencana yg ada ,
mereka mengingkari janji dan kembali bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa , seolah-olah apa yang terjadi bukanlah karena doa dan permohonan Musa kepada Allah tetapi karena hasil usaha mereka sendiri.
Tentang Isi Cerita Diatas
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah "Al-Mukmin" ayat 26
Surah "Az-Zukhruf" ayat 51 - 54
Surah "Yunus" ayat 88 - 89
Surah "Al-A'raaf" ayat 130 - 135


-» Bani Isra'il Keluar Dari Mesir ;


Bani Isra'il yang cukup menderita akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup merasakan penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun yang kejam dan bengis itu , pada akhirnya sadar bahwa Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan mereka dari cengkraman Fir'aun dan kaumnya.
Maka berduyun-duyunlah mereka datang kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari Mesir.
Kemudian berangkatlah rombongan kaum Bani Isra'il dibawah pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki cepat-cepat karena takut tertangkap oleh Fir'aun dan para tenteranya yang mengejar mereka dari belakang.
Akhirnya tibalah mereka ditepi lautan merah , dikala fajar sudah menyingsing , setelah semalam suntuk dapat melewati padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa dan Bani Isra'il , ketika melihat laut terbentang didepan mereka sedangkan dari belakang mereka masih dikejar oleh Fir'aun dan tenteranya yang akan berusaha mengembalikan mereka ke Mesir.
Mereka tidak meragukan lagi bahwa jika mereka tertangkap , maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa , bernama Yusha' bin Nun : "Wahai Musa , kemana kita harus pergi..?
Sedangkan Musuh berada di belakang kita yg sedang mengejar dan laut berada di depan kita yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan.
Apa yang harus kita perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir'aun dan kaumnya..?
". Nabi Musa menjawab : "Janganlah kamu khawatir dan cemas , perjalanan kita telah diperintahkan oleh Allah kepadaku , dan Dialah yang akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kita dari cengkraman musuh yang zalim itu". Pada saat yang kritis itu , dimana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar ketakutan , ketika menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang saja , turunlah wahyu Allah kepada NabiNya dengan perintah agar memukul air laut dengan tongkatnya.
Maka dengan izin Allah terbelah laut itu , kedua belahan bagaikan gunung yang besar. Di antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang sudah mengering dan dibawah pimpinan Nabi Musa , dilewati oleh kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.

Setelah mereka sudah berada di bagian tepi timur dalam keadaan selamat terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan tenteranya menyusuri jalan yang sudah terbuka diantara dua belah gunung air itu.
Kembali rasa cemas dan takut mengganggu hati mereka sambil memandang kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya.
Pada saat itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah agar tenang menanti Fir'aun dan bala tenteranya turun semua kedasar laut. Karena Allah telah mentakdirkan , mereka akan menjadi bala tentera yang tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka untuk mereka diantara dua belah gunung air itu : "Lihat laut pun terbelah menjadi dua , memberi jalan kepada kami untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri itu.
Mereka mengira bahwa mereka akan dapat melepaskan dari kejaran dan hukumanku.
Mereka tidak tahu bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut , apalagi oleh manusia.
Tidakkah semua ini membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang harus disembah olehmu..?
". Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering itu , untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il yang sudah berada ditepi bagian timur sambil menanti hukuman Allah yang telah ditakdirkan terhadap hambaNya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di tengah-tengah lautan yang terbelah itu ,
jauh dari kedua tepinya , tibalah perintah Allah dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi jalur yang terbuka , dimana Fir'aun dengan sombongnya sedang memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan Bani Isra'il.
Akhirnya terpendamlah mereka hidup-hidup didalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup Fir'aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah dan contoh bagi generasi yg akan datang.

Pada detik-detik akhir hayatnya , sambil berjuang untuk menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di depan matanya , berkatalah Fir'aun : "Aku percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepadaNya sebagai salah seorang muslim". Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang menghadapi sakaratul-maut : "Kenapa baru sekarang engkau berkata beriman kepada Musa dan berserah diri kepadaKu,,? Bukankah kekuasaan ketuhananmu dapat menyelamatkan engkau dari maut,,?
Kenap baru sekarang engkau sadar dan percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat , melakukan penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hambaKu dan berbuat sewenang-wenang , merusak akhlak dan aqidah manusia-manusia yang berada dibawah kekuasaanmu.
Terimalah sekarang pembalasanKu yang akan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang akan datang.
Akan Aku apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan kekuasaanKu
". Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan kematian Fir'aun.
Mereka masih terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh Fir'aun sewaktu ia berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar biasa , lain daripada yang lain , bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati.
Khayalan yang masih melekat pada fikiran mereka menjadikan mereka tidak mau percaya bahwa dengan tenggelamnya , Fir'aun sudah mati.
Mereka mengatakan kepada Musa bahwa Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mereka tentang Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang biasa telah mati tenggelam , akibat pembalasan Allah atas perbuatannya ,
menentang kekuasaan Allah
mendustakan Nabi Musa dan menindas serta memperhambakan Bani Isra'il.
Dan setelah melihat dengan mata kepala sendiri , tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung di permukaan air , hilanglah segala tahayul mereka tentang Fir'aun dan kesaktiannya.
~ Menurut catatan sejarah ,
bahwa mayat Fir'aun yang terdampar dipantai ditemukan oleh orang-orang Mesir ,
lalu diawet hingga utuh sampai sekarang , sebagai mana dapat dilihat di museum Mesir ~

Tentang Cerita Diatas
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah Thaha ayat 77 - 79
Surah Asy-Syu'ara ayat 60 - 68
Surah Yunus ayat 90 - 92


-» Musa dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir ;


Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan bagian utara dari Laut Merah dan setelah mereka merasa aman dari kejaran Fir'aun dan kaumnya.
Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa itu melihat sekelompok orang yang sedang menyembah berhala dengan tekun. Berkatalah mereka kepada Nabi Musa : "Wahai Musa , buatlah untuk kamu sebuah tuhan berhala sebagaimana mereka mempunyai berhala-berhala yang disembah sebagai tuhan". Musa menjawab : "Sesungguhnya kamu adalah orang yang bodoh dan tidak berfikiran sehat. Sesembahan mereka itu kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti akan dihancurkan oleh Allah.
Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu selain Allah yang telah memberikan karunia kepada kamu ,
dengan menyelamatkan kamu dari Fir'aun ,
melepaskan kamu dari penghambaannya dan penindasannya serta memberikan kamu kelebihan diatas umat-umat yang lain.
Sungguh suatu permintaan yang aneh dari kamu , bahwa kamu akan mencari tuhan selain Allah yang demikian besar nikmat yg diberi kepadamu , Allah pencipta langit dan bumi serta alam semesta.
Allah yang baru saja kamu saksikan kekuasaanNya dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta bala tenteranya untuk keselamatan dan kelangsungan hidupmu
".
Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai , dimana panas matahari terasa teramat sangat teriknya ,
sunyi ,
sepi dari pohon-pohon atau bangunan dimana orang dapat berteduh di bawahnya.
Atas permohonan Nabi Musa yang didesak oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan oleh Allah diatas mereka awan yang tebal untuk mereka bernaung dan berteduh dibawahnya dari teriknya panas matahari.
Disamping itu tatkala bekal makanan dan minuman mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah menurunkan hidangan makanan "manna" {sejenis makanan yang manis sebagai madu} dan "salwa" {burung sebangsa puyuh} , dengan diiringi firmanNya : "Makanan Kami dari makanan-makanan yang baik yang Kami telah turunkan buatmu".

Demikian pula tatkala para pengikut Nabi Musa mengeluh kehabisan air untuk minum dan mandi ditempat yang tandus dan kering itu , Allah mewahyukan kepada Musa agar memukul batu dengan tongkatnya.
Lalu memancarlah 12mata air dari batu yang dipukul , untuk 12suku bangsa Isra'il yg mengikuti Nabi Musa ,
masing-masing suku mengetahui sendiri dari mata air mana mereka mengambil keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu , merasa masih belum cukup atas apa yang telah Allah berikan kepada mereka ,
yang telah menyelamatkan mereka dari perhambaan dan penindasan Fir'aun ,
memberikan mereka hidangan makanan dan minuman yang lezat dan segar ditempat yang kering dan tandus ,
bahkan mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah menurunkan untuk mereka apa yang ditumbuhkan bumi dari bermacam-macam sayur-mayur ,
seperti ketimun, bawang putih, kacang-kacangan dan bawang merah karena mereka tidak puas dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa : "Maukah kamu memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih baik , yang telah Allah karuniakan kepada kamu . .?
Pergilah kamu ke suatu kota dimana pasti kamu akan dapat apa yang telah kamu inginkan dan kamu minta
".
Cerita Diatas Terdapat
Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah Al-A'raaf ayat 138 - 140 dan ayat 160
Surah Al-Baqarah ayat 61


-» Musa Bermunajat dengan Allah ;


Menurut riwayat sementara ahli tafsir , bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di Mesir ,
ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab suci yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup ,
yang akan memberi bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan bermuamalah dengan sesama manusia ,
bagaimana mereka harus melakukan menyembah dan ibadah mereka kepada Allah.
Didalam kitab suci itu mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram ,
perbuatan yang baik ,
yang diredhai oleh Allah di samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang dapat mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam binasa dilaut ,
Nabi Musa memohon kepada Allah agar diberi sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan risalahnya kepada kaumnya.
Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar untuk mendapatkan itu , ia harus berpuasa selama 30hari penuh , yaitu sewaktu bulan Zulkaedah.
Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina dimana ia akan diberi kesempatan bermunajat dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus menghadap kepada Allah diatas bukit Thur Sina.
Nabi Musa merasa segan akan bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap akibat puasanya.
Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya.
Ia ditegur oleh malaikat yang datang kepadanya atas perintah Allah. Malaikat itu berkatj : "Hai Musa , mengapa engkau harus menggosokkan gigimu untuk menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap ,
padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa buat kami adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi.
Maka akibat tindakanmu itu , Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh hari
". Nabi Musa mengajak 70orang yang telah dipilih diantara pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang ditinggalkan selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit Thur Sina mendahului 70orang yang diajaknya.
Dan ketika ia ditanya oleh Allah : "Mengapa engkau datang seorang diri mendahului kaummu, hai Musa..?". Ia menjawab : "Mereka sedang menyusul di belakangku , wahai Tuhanku.
Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk mencapai ridhoMu
". Dan Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah : "Wahai Tuhamku , nampakkanlah zatMu kepadaku , agar aku dapat melihatMu". Allah berfirman : "Engkau tidak akan sanggup melihatKu , tetapi cobalah lihat bukit itu ,
jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia kala ,
maka niscaya engkau akan dapat melihatKu
". Lalu menolehlah Nabi Musa mengarahkan pandangannya kearah bukit yang dimaksud , yang seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa menghilangkan bekas.
Maka terperanjatlah Nabi Musa , gementar seluruh tubuhnya dan jatuh pingsan.

Setelah ia sadar kembali dari pingsannya , bertasbih dan bertahmidlah ia dengan memohon ampun kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata : "Maha Besar Engkau wahai Tuhanku ,
ampunilah aku dan terimalah taubatku.
Aku akan menjadi orang yang pertama beriman kepadaMu
".
Dalam kesempatan bermunajat itu , Allah memberikan kepada Nabi Musa
kitab suci "Taurat" berupa kepingan-kepingan batu atau kepingan kayu menurut sementara ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci dan jelas .
Mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang di ridhoi oleh Allah.

Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada Musa dengan firmanNya : "Wahai Musa , sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari manusia-manusia yang lain di masamu , untuk membawa risalahKu dan menyampaikan kepada hamba-hambaKu.
Aku telah memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat berbicara langsung dengan Aku , maka bersyukurlah atas segala karuniaKu kepadamu dan berpegang teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu.
Dalam kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan membawa Bani Isra'il ke jalan yang benar ,
ke jalan yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akherat bagi mereka.
Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar mematuhi segala perintahKu jika mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di tempat orang-orang yang fasiq
".
Cerita Diatas
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah Thaha ayat 83 - 84
Surah Al-A'raaf ayat 142 - 145


-» Bani Isra'il Kembali Menyembah Patung Anak Lembu ;


Nabi Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan , bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih dari tigapuluh hari , dalam perjalananya ke Thur Sina untuk bermunajat dengan Tuhan.
Akan tetapi berhubung dengan adanya perintah Allah kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi 40hari, maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ketengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama dari yang telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan keterlambatan Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mereka.
Mereka menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mereka dalam kegelapan dan dalam keadaan yang tidak menentu.
Mereka merasa seakan-akan telah kehilangan pimpinan yang biasanya memberi bimbingan dan petunjuk kepada mereka.
Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kaum Bani Isra'il , digunakan oleh seorang munafik , bernama Samiri yang telah berhasil menyusup ke tengah-tengah mereka, sebagai kesempatan yang baik untuk menyebarkan benih syiriknya dan merusak aqidah para pengikut Nabi Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah.
Samiri yang munafik itu menghasut mereka dengan kata-kata bahwa Musa telah tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan buat mereka dan bahwa dia tidak dapat diharapkan kembali.
Karena itu dianjurkan oleh Samiri agar mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan aqidah para pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya segera membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai tuhan pengganti Tuhannya Nabi Musa.
Patung itu berbentuk anak lembu yang dibuat dari emas yang dikumpulkan dari perhiasan para wanita.
Dengan kepandaian tekniknya , patung itu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati yang hidup.
Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan aqidahnya itu sebagai tuhan sesembahan mereka.

Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang berkata : "Alangkah bodohnya kamu ini . .! Tidakkah kamu lihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak dapat berbicara dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan yang benar.
Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah pada sesuatu selain Allah
". Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan Samiri itu dengan kata-kata : "Kami akan tetap berpegang pada anak lembu ini sebagai tuhan sesembahan kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah kami". Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang telah berbalik menjadi murtad itu , karena ia khawatir kalau mereka dihadapi dengan sikap yang keras , akan terjadi perpecahan di antara mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu.
Ia hanya memberi peringatan dan nasehat kepada mereka sambil menanti kedatangan Musa kembali dari Thur Sina.
Pada saat itu , Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya kembali ke tempat dimana kaumnya sedang menunggu memperoleh isyarat tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama ketiadaannya.
Nabi Musa sangat marah dan sedih hati tatkala ia tiba ditempat dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi patung anak lembu emas, menyembahnya dan memuja-mujinya.
Dan karena sangat marah dan sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya , kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan.
Harun saudaranya dipegang rambutnya dan ditarik sambil berkata menegur : "Apa yang engkau lakukan ketika engkau melihat mereka tersesat dan terkena hasutan dan fitnahan Samiri..?
Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan pesanku ketika aku menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin..?
Tidak bisakah engkau melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan kepada mereka ,
dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar begini ..?
".

Harun berkata menanggapi teguran Musa : "Hai anak ibuku , janganlah engkau memegang janggut dan rambut kepalaku , menarik-narikku.
Aku telah berusaha memberi nasehat dan teguran kepada mereka , namun mereka tidak mendengarkan kata-kataku.
Mereka menganggapkan aku lemah dan mengancam akan membunuhku.
Aku khawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan yang keras ,
akan terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita ,
sehingga akan menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah membuat musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu kepadaku.
Jangan samakan aku dengan orang-orang yang zalim
". Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya , serta kembali ketenangannya ,
berkatalah Nabi Musa kepada Samiri , orang munafik yang menjadi biang keladi dari kekacauan dan kesesatan itu : "Hai Samiri , apakah yang mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku ,
sehingga mereka kembali murtad , menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu..?
". Samiri menjawab : "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya.
Aku telah melihat kuda malaikat Jibril.
Aku ambil segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya itu , lalu aku lemparkan kedalam emas yang mencair
dan terjadilah patung anak lembu yang dapat menguak , mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.
Demikianlah hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu
". Berkata Nabi Musa kepada Samiri : "Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan manusia sebab karena perbuatan kamu itu engkau harus dikucilkan dan menjadi tabu {sesuatu yang terlarang} jika disentuh atau menyentuh seseorang ia akan menderita sakit demam panas.
Ini adalah ganjaranmu di dunia , sedang diakherat nerakalah akan menjadi tempatmu.
Tuhanmu yang engkau buat dan sembah ini ,
kami akan bakar dan campakkan kedalam laut
". Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata : "Hai kaumku , alangkah buruknya perbuatan yang telah kalian kerjakan setelah kepergianku . .!?
Apakah engkau akan mendahului janji Tuhanmu..?
Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu janji yang baik , berupa kitab suci,,?
Atau kalian menginginkan kemurkaan Tuhan menimpa kepada kalian , karena perbuatan kalian yang buruk dan pelanggaran terhadap perintah serta ajaranku
".

Kaum Musa menjawab : "Kami tidak sekalipun melanggar perjanjianmu atas kemauan kami sendiri ,
akan tetapi kami disuruh membawa beban perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir,
dan atas anjuran Samiri kami lemparkan kedalam api yang sedang menyala.
Kemudian perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan itu menjelma menjadi patung anak lembu yang bersuara ,
sehingga dapat menyilaukan mata hati kami dan menggoyahkan iman yang sudah tertanam didalam dada kami
". Berkata Musa kepada mereka : "Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu sebagai sesembahanmu ,
maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan ,
Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan mohon ampunan darinya agar Dia menunjukkan kembali kepada jalan yang benar
". Akhirnya kaum Musa itu sadar atas kesalahannya ,
mengakui bahwa mereka telah disesatkan oleh syaitan dan memohon ampun serta rahmat Allah agar selanjutnya melindungi mereka dari godaan syaitan dan iblis ,
yang akan merugikan mereka di dunia dan akherat.
Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya dan kepada Harun saudaranya setelah ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada Tuhannya : "Ya Tuhanku , ampunilah aku dan saudaraku.
Masukkanlah kami berdua ke dalam lingkaran rahmatMu , sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
". Setelah suasana yang meliputi hubungan Musa dengan Harun dan hubungan mereka berdua dengan kaumnya menjadi tenang kembali , kepingan-kepingan Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun sebagaimana asalnya ,
maka Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa sekelompok dari kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya untuk diajak pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah meminta ampun atas dosa kaumnya.
Mereka diperintahkan agar berpuasa ,
mensucikan diri juga pakaian mereka ,
dan pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh bukit , kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya kedalam awan gelap itu dan mereka segera bersujud.
Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata kepala mereka setelah mendengar percakapanNya dengan telinga.
Maka setelah selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka kepadanya : "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas". Dan sebagai jawaban atas keinginan mereka yang menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu ,
maka Allah seketika itu juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang menimpa kelompok tujuh puluh orang yang merupakan orang-orang yang terbaik diantara kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah agar diampuni dosa mereka dgn berkata : "Wahai Tuhanku , aku telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik diantara kaumku kemudian aku akan kembali seorang diri ,
pasti kaumku tidak akan mempercayaiku.
Ampunilah dosa mereka , wahai Tuhanku dan kembalikanlah kepada mereka nikmat hidup yang telah Engkau cabut sebagai pembalasan atas keinginan dan permintaan mereka yang durhaka itu
". Allah memperkenankan doa Musa dan permohonannya dengan dihidupkan kembali kelompok tujuh puluh orang itu ,
maka bangunlah mereka seakan-akan orang yang baru sadar dari pingsannya.
Kemudian pada kesempatan itu Nabi Musa mengambil janji dari mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.
Tentang Cerita Diatas
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah Thaha ayat 85 - 98
Surah Al-A'raaf ayat 149 , 151 , 154 , 155
Surah Al-Baqarah ayat 55 , 56 , 63 , 64


-» Bani Isra'il Mengembara Tidak Menentu ;


Tidak kurang kurang karunia Allah yg diberikan kepada kaum Bani Isra'il. Mereka telah dibebaskan dari cengkraman Fir'aun yg kejam , yg menindas dan memperhamba mereka berabad abad lamanya. Telah diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah membinasakan Fir'aun. Kemudian ketika merek ditengah tengah padang pasir yg kering dan tandus , Allah telah memancarkan air dari sebuah batu , juga menurunkan makanan "manna" dan "salwa" pada mereka. Dan sebagainya.
Akan tetapi karunia Allah yg diberikan pada mereka tidaklah mengubah sifat sifat mereka yg tidak mengenal syukur ,
keras kepala ,
dan selalu membangkang terhadap perintah Allah yg telah diwahyukan pada rasul-Nya.
Demikian juga ketika Allah memwahyukan perintahNya kepada nabi Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin , tempat suci yg telah dijanjikan oleh Allah kepada nabi Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya , mereka membangkang dan enggan melaksanakan perintah itu. Alasannya adalah mereka harus menghadapi suku "Kan'aan" yg menurut anggapan mereka adalah orang orang yg kuat dan perkasa , yg tidak dapat dikalahkan dan diusir dgn mengadu kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji Allah melalui Musa , bahwa dgn pertolonganNya mereka akan dapat mengusir suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan pemukiman mereka selamanya. Mereka berkata tanpa malu menunjukkan sifat pengecutnya kepada Musa : "Hai Musa , kami tidak akan memasuki Ariha sebelum orang orang suku Kan'aan itu keluar.
Kami tidak berdaya menghadapi mereka dgn kekuatan fisik karena mereka terkenal sebagai orang orang yg kuat dan perkasa. Kamu dan Tuhanmu saja yg memerangi dan mengusir suku Kan'aan itu dan biarlah kami disini menanti hasil perjuanganmu
". Musa jadi naik pitam melihat sikap kaumnya yg pengecut itu ,
yg tidak mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi hanya mengandalkan pemberian atau mukjizat saja seperti yg telah mereka rasakan sebelumnya.
Dan yg paling menyedihkan hati Musa adalah kata kata mereka laksana ejekan yg menandakan bahwa mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allah.
Dalam keadaan marah , berdoalah nabi Musa kepada Allah : "Ya Tuhanku , aku tidak menguasai selain diriku dan Harun ,
maka pisahkanlah kami dari orang orang fasiq ,
yg mengikari nikmat dan karuniaMu
". Dan sebagai hukuman bagi Bani Isra'il yg telah menolak perintah Allah untuk memasuki Palestin ,
maka Allah mengharamkan negeri itu untuk mereka selama 40 tahun. Dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran tanpa mempunyai tempat tujuan.
Mereka hidup dalam kebingungan sampai musnahlah mereka semua dan datang generasi baru yg akan mewarisi negeri yg suci itu sebagaimana yg telah dijanjikan Allah kepada nabi Ibrahim.
Kisah Diatas
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah Al-Maidah ayat 20 - 26

-» Kisah Sapi Bani Isra'il ;


Salah satu dari beberapa mukjizat yg telah diberikan Allah kepada nabi Musa adalah penyembelihan sapi yg dikenal dgn sebutan sapi Bani Isra'il.
Kisahkan bahwa ada seorang anak laki laki putera tunggal dari seorang kaya raya , ia memperoleh warisan harta peninggalan yg besar dari ayahnya.
Lalu saudara saudara sepupu darinya iri hati dan ingin menguasai semua atau sebagian dari harta peninggalan itu.
Dan karena menurut hukum yg berlaku pada waktu itu tidak dapat memberikan hak kepada mereka untuk memperoleh walau sebagian , maka mereka bersekongkol untuk membunuh ahli waris tersebut , agar hak waris jatuh kepada mereka.
Pembunuhan pada ahli waris itu telah dilakukan dgn rapi sesuai rencana , kemudian mereka datang pada nabi Musa untuk melaporkan bahwa mereka telah menemukan saudara sepupunya itu mati terbunuh oleh orang yg tidak mereka kenal.
Mereka mengharapkan nabi Musa dapat menyingkap tabir yg menutupi peristiwa pembunuhan itu.
Untuk keperluan itu , nabi Musa memohon pertolongan Allah yg segera memwahyukan kepadanya agar menyebelih seekor sapi dan dgn lidah sapi itu dipukullah mayat sang korban yg dgn izin Allah akan bangun kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yg telah membunuh dirinya.

Ketika nabi Musa menyampaikan cara yg telah diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya , ia ditertawakan dan diejek karena akal mereka tidak dapat menerima hal yg sedemikian.
Mereka lupa bahwa Allah telah berkali kali menunjukkan kekuasaanNya melalui mukjizat yg telah diberikan kepada Musa.
Mereka berkata : "Apakah dgn cara yg engkau usulkan itu , engkau bermaksud akan menjadikan kami bahan ejekan dan bahan tertawaan orang . .?
Akan tetapi kalo memang cara itu adalah wahyu , maka cobalah tanya pada Tuhanmu , sapi betina atau jantankah yg harus kami sembelih..?
Dan bagaimana ciri cirinya serta warna kulitnya agar kami tidak salah memilih sapi yg akan kami sembelih..?
". Musa menjawab : "Menurut petunjuk Allah , sapi yg harus disembelih itu adalah sapi betina berwarna kuning tua , belum pernah dipakai membajak tanah , tidak cacat dan tidak ada belangnya". Kemudian dikirimlah orang kepelosok desa dan kampung mencari sapi yg dimaksud itu , yg akhirnya ditemukan pada seorang anak yatim piatu.
Dimana sapi itu adalah harta peninggalan ayahnya dan menjadi satu satunya sumber nafkah hidupnya.
Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir miskin yg sholeh ,
ahli ibadah yg tekun ,
yg pada saat mendekati wafat , berdoa kepada Allah memohon perlindungan untuk putra tunggalnya yg tidak mewariskan apa apa kecuali seekor sapi itu.
Maka berkat doa ayahnya terjuallah sapi itu dgn harga yg berlipat ganda.

Setelah disembelih sapi itu ,
diambil lidahnya oleh nabi Musa ,
lalu dipukulkan pada tubuh mayat ,
yg seketika bangun dan hidup kembali dgn izin Allah , menceritakan kepada nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara saudara sepupunya sendiri.
Dan dgn demikian mukjizat Allah telah diperlihatkan kepada Bani Isra'il untuk yg kesekian kali , namun mereka tetap keras kepala yg belum juga dapat menghilangkan sifat sifat congkak dan pembangkang.
Belum juga dapat mengkikis habis bibit bibit syirik dan kufur yg melekat pada hati mereka.
Cerita Tersebut
Tertulis Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah Al-Baqarah ayat 67 - 73

-» Nabi Musa dan Al-Khidir ;


Pada suatu ketika berpidatolah nabi Musa didepan kaumnya Bani Isra'il.
Ia berdakwah kepada mereka , memberi nasehat kepada mereka , akan karunia dan nikmat Allah yg telah dicurahkan kepada mereka sepatutnya diimbangi dgn rasa syukur dan ibadah yg tulus.
Kepada mereka yg beriman ,
taat ,
dan taqwa , nabi Musa menjanjikan pahala surga
dan yg sebaliknya akan diancam dgn siksa api neraka.
Begitu nabi Musa mengakhiri pidato , bangunlah diantara yg hadir bertanya kepadanya : "Wahai Musa , siapakah diatas bumi Allah ini yg paling pandai dan palin cerdas..?". Jawab Musa : "Aku". Orang itu : "Apakah tidak ada kiranya orang yg lebih dan lebih cerdas darimu..?". Ujar Musa : "Tidak ada..!".

Rasa sombong dan keunggulan diri yg tercermin dari kata kata nabi Musa , dicela oleh Allah yg memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu adalah luas untuk dimiliki seseorang walaupun ia seorang rasul dan bahwa bagaimanapun luasnya ilmu pengetahuan seseorang , pasti akan terdapat orang lain yg lebih pandai dan alim darinya.
Selanjutnya untuk melengkapi kekurangan yg ada pada diri nabi Musa , Allah memerintahkan kepadanya untuk menemui seorang hambaNya disuatu tempat dimana 2 lautan bertemu.
Hamba yg sholeh , yg telah diberi rahmat dan ilmu Allah itu akan memberi tambahan ilmu pengetahuan kepada nabi Musa sehingga dapat menjadikan sadar bahwa tiada manusia yg dapat membanggakan diri dgn mengatakan bahwa akulah orang yg terpandai dan berpengetahuan luas diatas bumi ini.
Berkata nabi Musa kepada Allah : "Wahai Tuhanku , aku akan pergi mencari hambaMu yg sholeh itu ,
untuk mendapatkan bunga api ilmunya ,
mendapatkan titisan air pengetahuan ,
dan ilham yg telah Engkau berikan kepadany
". Allah berfirman kepada Musa : "Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahwa ditempat dimana engkau akan kehilangan ikan didalam keranjang itu , disitu engkau akan menemui hambaKu yg sholeh itu".

Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yg jauh , didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang dari para pengikutnya yg setia.
Ia membawa bekal secukupnya dan sebuah keranjan berisi ikan sesuai dgn petunjuk Allah.
Ia bertekad tidak akan kembali sebelum menemukan hamba yg sholeh itu.
Ia berpesan kepada Yusya' bin Nun agar segera memberitahunya jika ikan yg didalam keranjang itu hilang.
Setelah berjalan begitu lama akhirnya nabi Musa dan Yusya' sampai didua lautan bertemu , sesuai dgn yg telah diisyaratkan firman Allah kepadanya.
Tertidurlah ia diatas sebuah batu yg besar , yg berada ditepi lautan.
Pada saat ia sedang tidur nyenyak , turunlah hujan rintik rintik membasahi ikan didalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut kedalam laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya , berangkatlah mereka meneruskan perjalanan yg tidak tentu arah dan tujuan.
Ketika agak jauh , Musa berhenti untuk beristirahat sekedar menghilangkan rasa penat sambil meminta Yusya' untuk menyiapkan santapan karena ia sudah sangat lapar.
Ketika Yusya' membuka keranjang untuk mengambil makanan , teringatlah ia akan ikan yg hilang melompat kelaut.
Maka berkatalah Yusya' kepada nabi Musa : "Aku telah dilupakan oleh syaitan untuk memberitahu kepadamu dgn segera , bahwa ketika engkau sedang tidur dgn nyenyak diatas batu karang , ikan yg berada dalam keranjang tiba tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk kedalam laut.
Seharusnya aku segera melaporkan kepadamu sesuai dgn pesanmu , namun aku dilupakan oleh syaitan
".
Wajah nabi Musa berseri seri menjadi kegirangan mendengar beritu itu dari Yusya' karena telah dapat mengetahui dimana ia akan bertemu dgn hamba Allah yg dicari itu.
Berkata nabi Musa kepada Yusya : "Inilah tempat yg kita tuju dan disini kita akan menemui orang yg kita cari.
Marilah kita kembali ketempat batu karang itu yg menjadi tempat tujuan terakhir dari perjalanan kita yg jauh ini
". Akhirnya mereka kembali ketempat hilangnya ikan itu , dan setibanya disana mereka melihat seseorang yg bertubuh kurus langsing , yg wajahnya tampak cahaya iman tanda tanda orang sholeh.
Nabi Musa pun memberi salam padanya.
Orang sholeh itu bertanya : "Siapakah engkau..?". Musa menjawab : "Aku adalah Musa". Orang sholeh itu bertanya lagi : "Musa , nabi Bani Isra'ilkah..?".
"Betul", jawab Musa , dan bertanya : "Dari manakah engkau mengetahui bahwa aku adalah nabi Bani Isra'il..?". Orang sholeh itu menjawab : "Dari yg mengutusmu kepadaku".
"Inikah hamba Allah yg aku cari", kata Musa dalam hati , sambil mendekat dan berkata : "Dapatkah engkau memperkenankan aku mengikutimu dan berjalan bersamamu kemana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan sebagai muridmu..?
Aku akan mematuhi segala petunjuk dan perintahmu
".

Hamba sholeh atau menurut banyak pendapat ahli ahli tafsir adalah Nabi Al-Khidir itu menjawab : "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat menahan diri bila engkau mengikutiku berjalan bersamaku.
Engkau akan mengalami dan melihat hal hal yg ajaib , yg sepintas saja nampak seakan akan perbuatan yg salah dan mungkar , namun pada hakekatnya adalah perbuatan benar dan wajar.
Enkau sebagai manusia tidak akan berdiam diri melihatku melakukan perbuatan aneh , tingkah laku yg nyleneh , atau perbuatan ganjil menurut pandanganmu
". Musa menjawab dgn sikap seorang murid yg sedang belajar , yg ingin menambah pengetahuan : "Insya' Allah engkau akan mendapatiku seorang yg sabar , yg tidak akan melanggar suatu perintah atau petunjuk darimu". Berkata Al-Khidir kepada Musa : "Jika engkau benar benar ingin mengikutiku berjalan bersamaku , maka engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu sebelum aku menjelaskan kepadamu.
Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yg aku lakukan dihadapanmu , walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar.
Karena aku akan dgn sendirinya memberi alasan dan tafsiran atas segala tindakan dan perbuatanku kepadamu , kelak pada akhir perjalanan kita berdua
". Dengan diterimanya syarat nabi Al-Khidir oleh Musa yg berjanji akan mematuhinya bulat bulat , maka diajaklah nabi Musa mengikutinya dalam perjalanan Al-Khidir.

Pelanggaran pertama terhadap syarat Al-Khidir terjadi ketika mereka sampai ditepi pantai , dimana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh.
Nabi Al-Khidir meminta tolong kepada pemilik perahu itu , agar mengantar mereka kesuatu tempat.
Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua secara gratis , bahkan dihormati dan diberi pelayanan yg baik karena dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki sifat dan ciri ciri yg tidak terdapat pada orang biasa.
Ketika mereka berada dalam perahu yg sedang meluncur , tiba tiba Musa melihat Al-Khidir melubangi perahu itu dgn mengambil 2 keping kayunya.
Perbuatan yg dianggap oleh Musa suatu pengrusakan kepada orang yg telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya dan ditegurlah Al-Khidir dgn berkata : "Engkau telah melakukan perbuatan mungkar dgn merusak dan melubangi perahu ini.
Apakah dgn perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini dan semua penumpangnya..?
Tidakkah engkau merasa kasihan kepada pemilik perahu ini yg telah berjasa kepada kita , mengantar ketempat tujuan tanpa membayar sepersenpun..?
". Berkata Al-Khidir menjawab teguran Musa : "Bukankah aku telah katakan kepadamu bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat tindak tandukku didalam perjalanan menyertaiku". Musa berkata : "Ma'afkanlah daku.
Aku telah lupa akan janjiku sendiri.
Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi akan kelupaanku
". Permintaan ma'af Musa diterima oleh Al-Khidir dan tibalah mereka berdua ditempat tujuan.
Kemudian perjalanan dilanjutkan didarat dan bertemulah mereka dgn seorang anak laki laki yg sedang bermain dgn kawan kawannya.
Tiba tiba anak itu dipanggil oleh Al-Khidir , lalu anak itu dibawa ketempat agak jauh , setelah sampai anak itu dibaringkan dan dibunuh seketika itu juga.
Alangkah kagetnya Musa melihat tindakan Al-Khidir dgn sewenang wenangnya telah membunuh seorang anak yg tidak berdosa , seorang anak yg mungkin sekali dalam fikiran Musa , adalah harapan satu satunya bagi kedua orang tuanya.
Musa sebagai nabi yg diutus oleh Allah untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak dapat berdiam diri melihat Al-Khidir melakukan pembunuhan yg tanpa alasan itu , maka ditegurlah Al-Khidir dgn berkata : "Mengapa engkau membunuh seorang anak yg tidak berdosa..?
Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yg mungkar dan keji
". Al-Khidir menjawab dgn sikap dingin : "Bukankah aku telah berkata kepadamu , bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan denganku..!".
Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidir itu , Musa berkata : "Ma'afkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah aku untuk meneruskan perjalanan bersamamu dgn perjanjian , jika terjadi pelanggaran untuk yg ketiga kali dariku , maka janganlah engkau perbolehkan aku menyertaimu seterusnya.
Sesungguhnya telah cukup engkau memberi uzur dan memberi ma'af kepadaku
". Dengan janji terakhir yg diterima oleh Al-Khidir dari Musa , maka diteruskanlah perjalanan mereka berdua sampai disuatu desa.
Dimana mereka ingin beristirahat menghilangkan lelah dan penat akibat perjalanan jauh yg mereka tempuh.
Mereka berusaha mendapat tempat penginapan sementara dan sedkit bahan makanan untuk memgisi perut , namun tidak seorangpun dari penduduk desa yg memang bachil {pelit} itu mau menolong mereka.
Dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Ketika akan keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah satu rumah di desa itu nyaris roboh.
Lalu Al-Khidir menghampiri dinding itu dan ditegakannya kembali. Dan secara spontan tanpa sadar Musa berkata kepada Al-Khidir : "Heran bin Ajaib , mengapa engkau berbuat kebaikan kepada orang orang yg jahat dan pelit ini.
Mereka telah menolak untuk memberi tempat istirahat dan sesuap makan pada kita. Sepatutnya engkau menuntut upah dari usahamu menegakkan dinding itu , dan dgn upah itu kita bisa mencari sesuap makan dan minum
". Al-Khidir menjawab : "Wahai Musa , inilah saatnya untuk kita berpisah sesuai dgn janjimu.
Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan uzur.
Akan tetapi sebelum kita berpisah , akan aku berikan kepadamu alasan dan tujuan dari perbuatan perbuatanku yg engkau rasa tidak wajar dan kurang patut.
Ketahuilah Musa
", Al-Khidir menlanjutkan uraiannya : "Bahwa pengrusakan perahu yg kita tumpangi itu adalah untuk menyelematkannya dari perampasan oleh seorang raja yg zalim , yg sedang mengejar dibelakang perahu itu.
Sedang perahu itu adalah milik seorang fakir miskin yg digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka sehari hari.
Dgn melubanginya , si raja yg zalim akan berfikir dua kali untuk merampas perahu itu yg dianggapnya rusak dan berlubang.
Maka perbuatanku yg pada lahirnya adalah pengrusakan milik orang , namun tujuanya ialah menyelamatkannya dari tindakan perampasan sewenang wenang
". Al-Khidir melanjutkan : "Adapun tentang anak yg aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yg durhaka itu.
Kedua orang tua anak itu adalah orang yg mukmin , sholeh , dan bertaqwa yg aku khawatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan hal hal yg buruk karena dorongan anaknya yg durhaka itu.
Aku harapkan dgn matinya anak itu , Allah akan mengkaruniai anak pengganti yg sholeh dan berbakti kepada mereka berdua
". Dengan menghela nafas Al-Khidir melanjutkan penjelasannya : "Sedang mengenai rumah yag kuperbaiki dan aku tegakkan kembali adalah karena dibawahnya terpendam harta peninggalan milik 2 anak yatim piatu.
Ayah mereka adalah orang yg sholeh ahli ibadah dan Allah menghendaki bahwa warisan yg ditinggalkan untuk kedua anaknya itu sampai ketangan mereka dgn selamat dan utuh bila mereka sudah dewasa nanti , sebagai rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka yg sholeh dan bertaqwa itu
". Al-Khidir mengakhiri penjelasannya dgn berkata : "Demikianlah wahai Musa , apa yg ingin engkau ketahui tentang tujuan dari perbuatanku yg sepintas memang engkau anggap buruk dan melanggar hukum.
Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan wahyu Allah kepadaku
".
Kisah Diatas
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah Al-Kahfi ayat 60 - 82


-» Musa dan Qarun si Kaya Raya ;


Qarun adalah nama seorang dari kaum nabi Musa dan keluarganya yg dekat.
Ia dikaruniai Allah kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yg besar , yg tidak ternilai.
Ia hidup mewah , selalu mujur dalam setiap usahanya , sehingga menjadi padat khazanahnya dgn harta benda.
Sampai sampai para juru kuncinya tidak kuat membawa atau memikul kunci kunci peti khazanahnya karena sangat banyak dan berat.
Segala yg dimiliki selalu menonjol dan luar biasa , lain dari yg lain.
Baik dari gedung gedung tempat tinggalnya , pakaiannya sehari hari , pelayan pelayannya ,dan hamba sahayanya.
Walaupun ia tenggelam dalam lautan kenikmatan duniawi yg tiada tara , ia merasa masih belum puas dan terus berusaha mengisi khazanahnya yg sudah padat itu.
Sebagaimana halnya dgn kebanyakan orang orang kaya yg dimabuk harta benda , maka Qarun tidak merasa sedikitpun mempunyai kewajiban sosial dgn harta kekayaannya.
Dalam hidupnya hanya memikirkan kesenangan pribadi saja , memikirkan bagaimana cara menambah kekayaannya.
Meski nasehat telah diberikan oleh para pemuka pemuka kaumnya agar ia menyisihkan sebagian hartanya untuk menolong orang orang fakir miskin.
Ia diperingatkan bahwa kekayaannya itu adalah karunia Tuhan yg harus disyukuri dgn beramal terhadap sesama manusia.
Diperingatkan juga bahwa Allah yg telah memberi rezeki yg luas itu dapat sewaktu waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya.
Tapi semua nasehat itu tidak digubris oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.
Bahkan ia merasa yg pantas memberi nasehat daripada menerima nasehat.
Orang harus tunduk patuh kepadanya , mengiyakan kata katanya dan membenarkan segala tindak tanduknya.
Dengan sombong ia mengatakan kepada semua orang yg menasehatinya bahwa kekayaan yg ia miliki adalah semata mata hasil jerih payahnya dalam berusaha dan bukan karunia atau pemberian siapapun.
Karenanya ia bebas menggunakannya sekehendak hatinya sendiri dan tidak merasa terikat oleh kewajiban sosial.

Banyak dari penduduk yg iri dan berkata : "Mengapa kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yg telah diberikan kepada Qarun..?
Alangkah mujurnya nasib Qarun.
Alangkah bahagianya dia dalam hidupnya didunia.
Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yg besar itu kepada Qarun yg tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang orang yg fakir dan miskin..?
Dimanakah letak keadilan Allah yg Maha Pemurah dan Maha Pengasih itu..?
".
Qarun yg tidak mengabaikan anjuran orang agar secara sukarela menyisihkan sebagian hartanya untuk fakir miskin itu , akhirnya didatangi oleh nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perintah berzakat bagi orang orang yg kaya dan berada.
Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan terdapat bagian yg telah ditentukan Allah sebagai hak orang orang fakiri miskin yg wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa jengkel menerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan kepada Musa.
Ia berkata : "Hai Musa , kami telah membantumu dan menyokong dalam dakwahmu buat agama barumu.
Kami telah menuruti semua perintah dan mendengarkan segala kata katamu.
Sikap kami yg lunak terhadap dirimu telah memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yg sepantasnya , sehingga engkau ingin meraih harta benda kami.
Engkau rupanya ingin menguasai harta kekayaan kami , setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran.
Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau telah membuka topeng dan menunjukkan dustamu bahwa engkau hanya seorang pendusta dan ahli sihir belaka
".

Tuduhan Qarun yg ingin melepaskan diri dari wajib berzakat itu ditolak oleh nabi Musa dgn menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat itu tidak dapat ditawar tawar dan harus dilaksanakan karena itu adalah perintah Allah yg harus ditaati dan dilaksanakan dgn semestinya.
Qarun tidak dapat mengelak lagi dari kewajiban berzakat itu setelah berdebat dgn Musa.
Maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yg harus ia keluarkan untuk berzakat.
Setelah tiba dirumah dan menghitung kembali bagian yg harus dizakatkan , Qarun merasa terlalu banyak dan merasa sayang mengeluarkan zakat tanpa imbalan atau keuntungan sepeser pun.
Pikir punya pikir dan timbang punya timbang , akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak mengeluarkan zakat.
Untuk menguatkan aksi pemboikotan terhadap kewajiban mengeluarkan zakat , Qarun menyebarkan fitnah kepada nabi Musa dgn maksud mencari pendukung sebagai penunjang aksinya.
Agar orang orang juga seperti dia , mengikuti jejaknya menolak kewajiban berzakat.
Ia menyebarkan fitnah seolah olah apa yg telah dilakukan oleh nabi Musa dgn dakwah dan penyiaran agama barunya adalah bertujuang ingin memperkaya diri dan perintah kewajiban berzakat itu merupakan cara perampasan yg halus terhadap harta milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi , Qarun bersekongkol dgn seorang wanita yg diajarinya agar mengaku didepan umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zinah dgn nabi Musa.
Akan tetapi Allah tidak rela nama rasulNya tercemar oleh tuduhan palsu itu , maka digerakanlah hati wanita tersebut untuk mengatakan yg sebenarnya , bahwa apa yg ia tuduhkan kepada nabi Musa adalah fitnah yg telah diajarkan oleh Qarun.
Setelah dirasa oleh nabi Musa bahwa Qarun tidak beritikad baik , tidak dapat diharapkan menjadi pengikut yg sholeh , bahkan Qarun dapat merusak akhlak dan iman para pengikutnya dgn sikap hidupnya yg berlebihan , ditambah pula usahanya yg tidak henti henti merusak nama baik nabi Musa dgn fitnah dan segala macam , maka habis sudah kesabaran nabi Musa.
Lalu ia berdoa kepada Allah agar menurunkan azabnya terhadap Qarun sebagai pelajaran dan ibrah buat kaumnya yg mulai goyah imannya meliiat kenikmatan yg berlimpah.
Allah mengabulkan doa nabi Musa dan terjadilah gempa yg dahsyat , yg hanya terjadi pada bangunan dan gedung gedung tempat tinggal sekaligus tempat penimbunan kekayaan Qarun saja.
Terbenamlah Qarun hidup hidup bersama harta kekayaannya yg menjadi kebanggaannya.

Peristiwa yg menimpa Qarun itu menjadi contoh pelajaran buat para pengikut nabi Musa sekaligus sebagai obat rohani kepada mereka yg iri hati akan kenikmatan dan kemewahan hidup.
Terbukalah mata hati mereka dan bersyukur kepada Allah , sambil berkata : "Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya , pasti kami akan dibenamkan pula seperti Qarun yg selalu kami inginkan kedudukan duniawinya.
Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami iri hati dgn mendambakan kekayaannya Qarun yg membawa binasa baginya.
Sungguh benar benar tidak tahu diuntung orang orang yg mengikari nikmat Allah
".
Cerita Diatas
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah Al-Qashash ayat 76 - 82
Surah Al-Ahzaab ayat 69


-» Thalout di Angkat sebagai Raja Bani Isra'il ;


Setelah Bani Isra'il masuk Palestin dan menguasainya pimpinan Yusya' bin Nun mereka selalu menjadi sasaran serangan dari bangsa bangsa sekitarnya seperti suku Amaliqah dari bangsa Arab , bangsa Palestin sendiri , dan bangsa Aramiyin.
Menang dan kalah silih berganti.
Pada suatu saat datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud" suatu daerah dekat Gaza menyerbu menyerang mereka dan terjadilah pertempuran yg dimenangkan bangsa Palestin , yg berhasil mencerai beraikan Bani Isra'il dan merampas benda keramat mereka yg bernama "Tabout", yaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab Taurat.

Peti yg disebut Tabout itu merupakan salah satu dari banyak karunia yg telah diberikan oleh Allah kepada Bani Isra'il.
Mereka menganggap Tabout sebagai benda keramat yg dapat menginspirasikan kekuatan dan keberanian kepada mereka dikala menghadapi musuh.
Karena itu dalam tiap medan perang Tabout selalu dibawa untuk memberi kekuatan bathin dan semangat juang.
Dan memang sejak ditinggalkan oleh nabi Musa , Bani Isra'il tidak mempunyai seorang pemimpin yg berwibawa , yg dapat mengikat mereka dibawah satu komando bila terjadi serangan dari musuh.
Mereka hanya dipimpin oleh hakim hakim penghulu yg memberi mereka tuntunan dibidang agama , menjadi juru damai jika timbul perselisihan dan sengketa diantara sesama mereka.
Diantara para penghulu itu ada seorang yg paling disegani dan dihormati bernama Somu'il.
Kata kata nasehatnya selalu didengar , diterima , dan ditaati.
Datang beberapa pemuda kepada Somu'il , mereka merasa sedih melihat kaumnya menjadi kacau balau dan bercerai berai setelah dikalahkan oleh bangsa Palestin.
Mereka mengatakan pada Somu'il , bahwa mereka membutuhkan seorang pemimpin yg kuat berwibawa , mempunyai kekuasaan seorang raja untuk menghimpun mereka , dan menjadi panglima perang.
Somu'il yg mengenal baik watak dan titik kelemahan mereka , mengenal sifat sifat licik dan pembangkang yg ada pada diri mereka , berkata : "Aku khawatir bahwa kamu akan takut dan enggan bertempur melawan musuh jika diperintahkan kepadamu untuk berperang menghalau musuh dari negerimu". Mereka menjawab : "Bagaimana kami menolak perintah untuk maju bertempur melawan musuh sedangkan kami telah dihina , diusir dari rumah dan dipisahkan dari sanak keluarga kami.
Bukankah suatu hal yg memalukan dan menurunkan derajat kami sebagai bangsa , jika dalam keadaan yg sedang kita alami ini , kami masih juga enggan berperang melawan musuh yg datang menyerang.
Kami tidak akan gentar maju ke medan perang asalkan dikomando dgn orang yg cerdas berwibawa , yg segala perintahnya dipatuhi oleh kaum kita semuanya
". Somu'il berkata : "Jika demikian keinginanmu , maka berilah waktu kepadaku untuk beristikharah memohon pertolongan Allah , agar diberi petunjuk siapa orang yg layak menjadi pemimpin bagimu".

Dalam istikharahnya Somu'il mendapat ilham dan petunjuk dari Allah agar ia mengangkat orang yg bernama "Thalout" menjadi raja Bani Isra'il , walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau mengenal orangnya , tetapi Allah akan memberi tanda dan jalan yg akan mempertemuka ia dgn orang itu.
Thalout adalah orang yg berbadan besar dan tinggi.
Ia kuat dan tampan.
Dari pancaran matanya akan dapat diketahui bahwa ia adalah orang yg cerdik , cerdas , dan bijaksana.
Memiliki hati yg tabah dan berani.
Thalout hidup bercocok tanam dan tinggal di desa yg agak terpencil bersama ayahnya.
Pada suatu hari terlepaslah seekor keledai dari kandangnya.
Pergilah Thalout bersama temannya mencari hewan itu keseluruh lembah dan bukit , namun tidak berhasil menemukan hewan itu.
Akhirnya ia mengajak temannya pulang karena khawatir ayahnya akan gelisah jika ditinggal terlalu lama.
Temannya berkata kepada Thalout : "Kita sekarang sudah berada di daerah Shuf tempat dimana Somu'il berada.
Alangkah baiknya kalau kita menghadap dan bertanya kepadanya.
Semoga ia dapat membantu dgn memberi petunjuk dimana kira kira kita dapat menemukan hewan itu karena ia adalah seorang nabi yg menerima petunjuk dari Tuhannya melalui para malaikat.
Dan ia telah sering mengungkap hal hal ghaib yg ditanyakan oleh orang orang kepadanya
". Thalout menerima saran temannya dan berangkatlah mereka menuju tempat tinggal Somu'il.
Ditengah perjalanan , mereka bertanya kepada beberapa gadis yg sedang menimba air disebuah perigi : "Dimanakah tempat tinggal nabi Somu'il..?". Para gadis itu menjawab : "Tidak usah kamu meneruskan perjalananmu.
Somu'il sebentar lagi akan kesini karena ia telah ditunggu kedatangannya diatas bukit oleh rakyat tempat itu
". Belum selesai para gadis itu memberi keterangan , muncullah Somu'il dgn wajah yg memancarkan kenabian dan kealiman.

Thalout segera mendekati Somu'il dan berkata : "Wahai nabi Allah , kami datang menemui untuk memohon pertolongan yaitu dapatkah kiranya kami diberi keterangan atau petunjuk dimana kami bisa menemukan hewan kami yg telah lepas dan menghilang , walaupun sudah 3 hari berusaha mencarinya". Somu'il setelah memandang wajah Thalout dgn teliti sadarlah bahwa inilah orangnya yg ditunjuk oleh Allah untuk menjadi raja , pemimpin Bani Isra'il.
Ia berkata : "Keledai yg engkau cari itu sedang dalam perjalanan kembali ke kandangnya.
Janganlah engkau terlalu memikirkan urusan keledai itu.
Karena aku memang mencari dan ingin menemuimu untuk urusan yg lebih penting daripada masalah keledai itu.
Engkau telah dipilih oleh Allah untuk memimpin Bani Isra'il sebagai raja , mempersatukan barisan mereka yg sudah kacau balau dan membebaskan mereka dari musuh yg sedang menduduki negeri mereka.
Insya' Allah , Tuhan akan menyertai memberi perlindungan kepadamu dan mengkaruniakan kemenangan serta kemujuran dalam segala sepak terjangmu
". Thalout menjawab : "Bagaimana aku dapat menjadi raja yg memimpin Bani Isra'il , sedang aku ini seorang anak dusun , cucu Benyamin yg terasing dari pergaulan.
Aku hanya anak seorang petani , yg mengembala hewan , yg tidak dikenal orang..?
". Somu'il berkata : "Itu adalah kehendak Allah yg lebih tahu pada siapa Ia memberikan amanat dan tugasNya.
Dia yg menugaskan dan Dia pula yg akan melengkapi segala kekuranganmu.
Bersyukurlah engkau akan nikmat dan karunia Allah ini.
Terimalah tugas suci ini dgn hati teguh dan kepercayaan penuh akan pertolongan dan perlindungan Allah kepadamu
".

Kemudian dipegang tangan Thalout , diangkat keatas sambil menghadap kaumnya dan berkata : "Wahai kaumku , inilah orang yg telah dipilih Allah untuk menjadi raja kalian.
Ia berkewajiban memimpin , mengurus segala urusan kalian dgn baik dan tepat.
Dan kalian berkewajiban taat kepadanya , mematuhi segala perintahnya , dan berdiri tegak dgn segala komandonya.
Bersatulah kalian dibawah bendera raja Thalout dan bersiaplah untuk berjuang melawan musuh musuhmu
". Bani Isra'il yg sedang berkumpul dan mendengar pidato pelantikan Thalout sebagai raja , menjadi terkejut dgn mulut ternganga yg menandakan heran serta ketidak puasan dgn pelantikan itu.
Selintaspun tidak terpikir oleh mereka bahwa orang seperti Thalout , yg miskin dan tidak terkenal adalah orang yg akan dipilih Somu'il menjadi raja buat mereka.
Berkata mereka kepada Somu'il : "Bagaimana orang seperti Thalout ini akan dapat memimpin kami sebagai raja , padahal ia orang yg miskin dan tidak dikenal orang , selain itu ia bukan dari keturunan "Lawi" yg menurunkan para nabi Bani Isra'il , juga bukan dari keturunan "Yahuda" yg menurunkan para raja sejak dahulu kala.
Ia pun tidak mempunyai pengalaman dan kepandaian yg diperlukan oleh seorang raja untuk mengurus serta mempertahankan kerajaannya.
Mengapa tidak dipilih saja salah seorang dari kita yg pandai dan berpengalaman
". Somu'il berkata : "Mengurus kerajaan dan memimpin perang tidak memerlukan kebangsawanan atau kekayaan.
Yang diperlukan adalah bijaksana , cerdas berfikir , dan cekatan bertindak.
Sifat sifat itu terdapat dalam diri Thalout disamping ia memiliki tubuh yg kuat , tegap , kekar , dan tampan yg memberi kesan bagi orang orang yg menghadapinya.
Selain itu semua , ia adalah pilihan yg ditunjuk Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal hamba hambaNya.
Maka tidak pantaslah kita memilih orang lain setelah Allah menjatuhkan pilihannya
".
"Baiklah", kata mereka "Jika yg demikian itu pilihan dan kehendak Allah , maka kami tidak dapat berbuat lain selain menerima kenyataan ini.
Akan tetapi berilah kami suatu tanda yg dapat meyakinkan kami bahwa Thalout benar benar pilihan Allah
". Somu'il berkata : "Sesungguhnya Allah telah mengetahui watak dan tabiat kalian yg kaku keras kepala.
Imanmu tidak berada dalam hati tetapi dikelopak mata.
Kalian tidak akan mempercayai sesuatu tanpa bukti yg dapat dirasa dgn pancaindera kalian.
Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui Thalout menjadi raja kalian.
Bahwa kalian akan menemukan kembali peti keramatmu "Tabout" yg hilang dirampas bangsa Palestin.
Peti itu telah dibawa oleh malaikat kepadamu.
Sekarang pergilah kalian keluar kota untuk menerimanya
".

Setelah ternyata apa yg dikatakan Somu'il itu adalah benar dan nyata , dgn ditemukannya Tabout yg sudah 7 bulan ditangan Palestin , maka diterimalah Thalout menjadi raja dan mereka berjanji akan taat serta mematuhi segala perintahnya.
Dan setelah Thalout dinobatkan menjadi raja , tugas pertama yg dilakukan adalah menyusun kekuatan dgn menghimpun para pemuda dan orang orang yg masih kuat untuk menjadi tentara yg akan menghadapi bangsa Palestin.
Ia merekrut tentaranya dari orang orang yg masih kuat ,
tidak mempunyai tanggungan keluarga , tidak mempunyai ikatan dagang dan usaha.
Sehingga mereka dapat memusatkan pikiran dan tenaga untuk mencapai kemenangan dgn menghalau musuh dari negeri mereka.
Sebagai ujian untuk mengetahui sampai dimana kedisiplinan tentara yg dipilihnya dgn mematuhi perintahnya , maka Thalout berkata : "Berjalanlah kamu semua dibawah panasnya matahari dgn menyusuri sungai.
Barang siapa diantara kalian minum dari air sungai itu , maka ia bukan pengikutku yg setia , yg dapat kupercaya.
Barang siapa yg hanya menciduk air sungai seciduk tangan saja untuk sekedar membasahi kerongkongannya , maka ia adalah pengikutku yg benar benar dapat kuandalkan kedisiplinan dan keberaniannya
". Ternyata apa yg dikhawatirkan Thalout jadi kenyataan.
Setelah tentaranya sampai pada sungai yg dimaksud itu , hanya sebagian kecil saja yg disiplin mengikuti petunjuk Thalout secara tepat.
Sedang sebagian besar tidak dapat bersabar menahan dahaganya dan minum sepuas hatinya.

Ketika mereka tiba di medan perang berhadapan dgn musuh , sebagian dari pasukannya yg tidak disiplin dgn minum air sungai itu , merasa kecil hati , ketakutan melihat pasukan musuh yg terdiri dari orang orang kuat dan besar.
Dengan peralatan lebih lengkap dan jumlah yg lebih banyak dibawah seorang komando bernama "Jalout".

Jalout terkenal sebagai panglima yg berani dan terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan.
Tiap orang yg bertarung dengannya pasti terbunuh.
Namanya telah menimbulkan rasa takut dan menciutkan nyali sebagian besar pasukan Thalout.
Mereka berkata : "Kita tidak akan sanggup menghadapi dan melawan Jalout berserta pasukannya hari ini.
Peralatan mereka lebih lengkap dan lebih besar jumlahnya dari pasukan kita
". Akan tetapi sebagian pasukan Thalout yg merupakan kelompok yg setia tidak merasa takut atau gentar menghadapi Jalout dan pasukannya , walaupun mereka lebih besar dan lengkap peralatannya.
Tekad mereka sudah kuat akan mengikuti Thalout membebaskan negerinya dari pasukan musuh dgn berbekal tawakal dan iman kepada Allah.
Mereka akan berjuang mati matian melawan musuh yg telah merampas rumah dan tanah mereka , bersedia mati untuk tugas suci itu.
Mereka berkata kepada kelompok yg pengecut : "Majulah terus melawan musuh.
Kita tidak akan kalah hanya karena jumlah yg sedikit atau kelemahan fisik.
Kita akan menang bila iman didalam dada tidak goyah dgn percaya pada pertolongan Allah jangan menipis.
Banyak kejadian yg sudah terjadi bahwa yg kecil jumlahnya mengalahkan yg besar bila Allah mengizinkan dgn memberi pertolonganNya.
Ingatlah Allah selalu berada disisi orang orang yg beriman , sabar , dan bertawakal
". Dengan tidak menghiraukan kasak kusuk bisikan dari kelompok pengecut yg mundur dan lari dari kewajiban berperang.
Raja Thalout terus maju memimpin pasukannya dgn bertawakal kepada Allah agar diberi pertolongan dan perlindunganNya.

Ketika pertempuran sedang berlangsung , dari tengah tengah pasukan Palestin keluarlah panglima besarnya yg bernama Jalout berteriak dgn sekuat kuatnya menantang pasukan Thalout untuk bertarung satu lawan satu dengannya.
Berulang ulang ia berteriak dgn suara lantang agar pihak Thalout mengeluarkan jagonya untuk bertanding dan bertarung dengannya.
Namun tidak seorangpun dari pasukan Bani Isra'il yg maju menghadapinya.
Kata kata ejekan dan hinaan dilontarkan oleh Jalout kepada pasukan Bani Isra'il yg sedang dicekam rasa takut dan bimbang menghadapi Jalout yg terkenal jago tidak pernah terkalahkan itu.
Pada saat yg kritis dan tegang karena rasa malu rendah diri memenuhi hati pasukan Bani Isra'il yg sedang bertanya tanya dalam hati masing masing siapa gerangan yg akan membungkam mulut Jalout itu , datanglah pada saat itu seorang lelaki remaja berparas tampan menghadap raja Thalout.
Tubuhnya kekar dan tegak.
Sinar matanya memancarkan keberanian dan kecerdasan.
Ia meminta izin dari sang raja untuk menyambut tantangan Jalout dan menandinginya.
Thalout kagum dgn keberanian pemuda yg telah menawarkan diri itu.
Thalout dgn cermat memperhatikan perawakan pemuda itu , merasa berat dan ragu untuk memberi izin kepadanya melawan Jalout.
Ia tidak berani membayangkan seorang yg dalam usia semuda itu ,
yg belum pernah ke medan perang ,
yg tidak berpengalaman bertarung ,
akan selamat dari pertarungan melawan Jalout.
Kata hati Thalout , ia benar benar bukan tandingannya , bahkan merupakan suatu dosa jika ia mengizinkan pemuda itu bertarung dgn Jalout.
Sayang jika pada usia semuda itu akan menjadi korban dan makanan pedang Jalout.

Sang pemuda yg memperhatikan roman muka Thalout dapat menangkap isi hatinya bahwa ia ragu dan merasa sayang untuk melepakannya bertarung dgn Jalout , maka berkatalah ia kepadany : "Janganlah engkau terpengaruh oleh usiaku dan keadaan fisikku sehingga engkau ragu dan khawatir melepaskan aku melawan Jalout.
Karena yg menentukan dalam pertarungan bukan hanya kekuatan fisik dan kebesaran badan , akan tetapi yg lebih penting dari itu adalah keteguhan hati dan keuletan bertempur.
Serta iman dan kepercayaan kepada Allah yg menentukan hidup matinya seorang hambaNya.
Beberapa hari yg lalu aku telah berhasil membunuh seekor Singa ketika ia akan menyergap dombaku dan sebelumnya aku juga menghadang seekor Beruang ganas dan berhasil membunuhnya setelah bergulat mati matian.
Maka bukanlah usia atau kekuatan badan menjadi faktor yg menentukan dalam pertempuran tetapi keberanian ,
keteguhan hati ,
kelincahan ,
dan kecepatan bergerak dgn disertai perhitungan yg tepat ,
itulah senjata yg lebih ampuh dalam setiap pertarungan
". Mendengar kata kata penuh semangat yg keluar dari hati ikhlas dan jujur , sadarlah Thalout bahwa pemuda itu berkemauan keras ingin melawan Jalout.
Ia percaya pada dirinya sendiri bahwa ia dapat mengalahkannya , maka diberilah izin dan restu oleh Thalout untuk melaksanakan kehendaknya dgn iringan doa semoga Allah melindungi dan memberi kemenangan.
Kemudian ia diberi pedang , topi baja , dan zirah baju besi namun ia enggan mengenakan pakaian yg berat itu dan pedangpun ia tolak dgn alasan belum terbiasa menggunakan senjata.
Ia hanya membawa sebuah tongkat , beberapa batu kerikil dan sebuah bandul untuk melemparkan batu batu itu.
Lalu Thalout bertanya kepadanya : "Bagaimana engkau dapat bertarung melawan Jalout hanya dgn bersenjatakan tongkat , bandul dan batu batu..?". Pemuda itu menjawab : "Tuhan telah melindungiku dari taring singa dan kuku kuku beruang , maka Tuhan juga akan melindungiku dari pedang dan panah Jalout yg durhaka itu". Lalu dgn senjata yg sangat sederhana itu majulah ia dari tengah tengah barisan Bani Isra'il menuju gelanggang , dimana Jalout sedang menanti sambil mengejek dan menyombongkan diri.

Ketika Jalout melihat bahwa yg masuk gelanggang adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjata pedang atau panah , dan tidak pula memakai topi baja serta zirah , dihinalah ia dan diejek dgn kata kata : "Untuk apakah tongkat yg engkau bawa itu..?
Apakah untuk mengejar anjing atau untuk memukul anak anak sebaya denganmu..?
Dimana pedang dan zirahmu..?
Rupanya engkau sudah bosan hidup.
Majulah kesini akan aku habiskan nyawamu dalam sekejap dan akan kujadikan dagingmu sebagai makanan binatang liar
". Sang pemuda menjawab : "Engkau boleh bangga dgn zirah dan topi bajamu , boleh merasa kuat dan ampuh dgn pedang dan panahmu , tapi semua itu tidak akan sanggup menyelamatkan nyawamu dari tanganku yg masih halus dan bersih ini.
Aku datang kesini dgn nama Allah Tuhan Bani Isra'il yg telah lama engkau hina , engkau jajah , dan engkau tundukan.
Engkau sebentar lagi akan mengetahui pedang dan panahkah yg akan mengakhiri hayatku atau kehendak Allah dgn kekuasaanNya yg akan merenggut nyawamu dan mengirim engkau ke neraka jahanam
". Melihat Jalout melangkah maju , maka cepat cepatlah pemuda itu mengeluarkan batu dari sakunya sebelum Jalout mendekat.
Batu itu lalu dilemparkan dgn bandul kearah kepala Jalout yg seketika itu juga mengeluarkan darah dgn deras hingga menutupi matanya , lalu di ikuti dgn lemparan batu kedua , ketiga , dan seterusnya hingga Jalout jatuh tersungkur menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemurulah suara teriakan gembira sorak sorai dari pasukan Bani Isra'il menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa yg telah melawan Jalout yg jago dan kebanggaan bangsa Palestin.
Dan dgn matinya Jalout hilanglah semangat tempur pasukan Palestin , mereka mundur dan lari tunggang langgang sambil dikejar , diajar tanpa ampun oleh pasukan Thalout yg telah memperoleh kembali semangat juang dan harga diri serta kebanggaan nasionalnya.
Kisah Diatas
Terdapat Dalam Al-Qur'an , yaitu
Surah Al-Baqarah ayat 246 - 251



Catatan :
Nabi Musa wafat pada usia 150tahun diatas Bukit bernama "Nabu" , pada saat diperintah oleh Allah untuk melihat tanah suci yg dijanjikan {Palestin} , namun tidak sampai memasukinya.

Mohon ma'af ,
jika ayat ayat yg mengkisahkan cerita diatas , tidak dimuat atau tidak ditulis..!

Silahkan Komentar
No content for this blog yet.
Sebelum Komertar Itu Di Larang..!


Jombang Gudo - PP