watch sexy videos at nza-vids!
+

NABI YA'QUB AS


Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim , bernama Rifqah binti A'zar.
Ya'qub adalah saudara kembar dari putera Ishaq yang kedua bernama Ishu.
Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam dengki dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya.
Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta kedatangan anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan , sedangkan dia tidak diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub memperoleh berkah dan doa ayahnya , Nabi Ishaq.

Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin , serta mendengar kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan iri hati , bahkan ia selalu diancam maka datanglah Ya'qub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ia berkata : "Wahai ayahku . .! Tolong berikan saran kepadaku , bagaimana aku harus menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku mendendam dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan hatiku , hingga membuat hubungan persaudaraan kami berdua menjadi renggang dan tegang , tidak ada saling cinta mencintai , saling sayang-menyayangi.
Dia marah karena ayah memberkahi dan mendoakan aku , agar aku mendapat keturunan sholeh , rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan.
Dia menyombongkan diri dengan dua istrinya dari suku Kan'aan dan mengancam bahwa anak-anaknya dari kedua istri itu akan menjadi saingan berat buat anak-anakku kelak didalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam ancaman lain yang membuat cemas dan menyesakkan hatiku.
Tolong ayah berikan saran agar aku dapat mengatasi masalah ini secara kekeluargaan
". Sebagai seorang ayah , Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal melihat hubungan kedua puteranya yang makin hari makin meruncing , ia berkata : "Wahai anakku , karena usiaku yang sudah lanjut , aku tidak dapat menengahi kalian berdua.
Ubanku sudah menutupi seluruh kepalaku ,
badanku sudah membongkok ,
raut mukaku sudah kisut berkerut ,
dan aku sudah berada diambang pintu perpisahan denganmu serta meninggalkan dunia yang fana ini.
Aku khawatir bila aku sudah menutup usia , gangguan saudaramu Ishu akan semakin meningkat dan secara terbuka akan memusuhimu , berusaha mencari mencelakaka dan membinasakanmu.
Ia dalam usahanya memusuhimu akan mendapat dukungan dan pertolongan dari saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di negeri ini.
Maka menurut fikiranku jalan yang terbaik bagimu , engkau harus pergi meninggalkan negeri ini dan hijrahlah engkau ke Fadan A'raam di daerah Irak , disana bermukim saudara ibumu Laban bin Batu;il.
Engkau dapat berharap dinikahkan pada salah seorang puterinya , maka dengan demikian menjadi kuatlah kedudukan sosialmu disegani dan dihormati orang karena kedudukan mertuamu yang menonjol dimata masyarakat.
Pergilah engkau kesana dengan iringan doa dariku ,
semoga Allah memberkahi perjalananmu ,
memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan yang tenang dan tenteram
". Nasehat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati si anak.
Ya'qub melihat dalam anjuran ayahnya adalah jalan keluar yang dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan antara dia dan Ishu ,
apalagi dengan mengikuti saran itu ia akan dapat bertemu dengan ayah saudaranya dan anggota-anggota keluarganya dari pihak ibunya.
Ia segera berkemas-kemas membungkus barang-barang yang diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang terharu serta air mata yang tergenang di matanya ia meminta izin kepada ayahnya dan ibunya ketika akan meninggalkan rumah.

-ยป Nabi Ya'qub Tiba di Irak ;


Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas mataharinya yang terik membakar kulit , Ya'qub meneruskan perjalanan seorang diri , menuju ke Fadan A'ram dimana ayah saudaranya Laban tinggal.
Dalam perjalanan yang jauh itu , ia sesekali berhenti beristirahat bila merasa letih dan lesu.
Dan dalam salah satu tempat ketika ia berhenti karena sudah sangat letih , ia berteduh dibawah sebuah batu karang yang besar hingga tertidur.
Dalam tidurnya yang nyenyak , ia bermimpi bahwa ia dikaruniai rezeki luas , penghidupan yang aman damai , berkeluarga dgn anak cucu yang sholeh dan bakti serta kerajaan yang besar dan makmur.
Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya , mengusap matanya menoleh kanan kiri dan sadarlah ia bahwa apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi , namun ia percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi kenyataan dikemudian hari sesuai dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya.
Dengan diperoleh mimpi itu , ia merasa segala letih yang ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang seolah-olah ia memperolehi tanaga baru dan bertambahlah semangatnya untuk secepat mungkin tiba ditempat yang dituju dan menemui sanak-saudaranya dari pihak ibunya.

Pada akhirnya Ya'qub tiba didepan pintu gerbang kota Fadan A'ram setelah berhari-hari siang dan malam menempuh perjalanan yang membosankan , tiada yang dilihat selain dari langit di atas dan pasir di bawah.
Alangkah lega hatinya ketika ia mulai melihat binatang-binatang peliharaan berkeliaran diatas ladang-ladang rumput , burung-burung berterbangan di udara yang cerah dan para penduduk kota mundar mandir mencari nafkah dan keperluan hidup masing-masing.
Sesampainya disalah satu persimpangan jalan ia berhenti sebentar bertanya pada salah seorang penduduk di mana letaknya rumah saudara ibunya Laban barada.
Laban seorang kaya-raya yang ternama , pemilik dari suatu perternakan yang terbesar dikota itu , tidak sukar bagi seseorang untuk menemukan alamatnya.
Penduduk yang ditanyanya itu segera menunjuk kearah seorang gadis cantik yang sedang menggembala kambing sambil berkata kepada Ya'qub : "Kebetulan sekali , dia itu puterinya Laban yang akan dapat membawamu ke rumah ayahnya , ia bernama Rahil".

Dengan hati yang berdebar , pergilah Ya'qub menghampiri gadis yang ayu dan cantik itu , lalu dengan suara yang terputus-putus seakan ada sesuatu yang mengikat lidahnya , ia mengenalkan diri , bahwa ia adalah saudara sepupunya sendiri.
Ibunya yang bernama Rifqah adalah saudara kandung dari ayah si gadis itu.
Selanjutnya ia menerangkan kepada gadis itu bahwa ia datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan dengan tujuan hendak menemui Laban , ayahnya , untuk menyampaikan pesan dari Ishaq , ayah Ya'qub .
Maka dengan senang hati sikap yang ramah , muka yang manis disilahkan Ya'qub mengikutinya berjalan menuju rumah Laban ayah saudaranya.

Ketika sampai dan bertemu dgn Laban pamannya , berpeluk-pelukanlah dengan mesranya sang paman dengan keponakan , menandakan kegembiraan masing-masing dengan pertemuan yang tidak disangka-sangka itu dan mengalirlah pada pipi masing-masing air mata yang dicucurkan oleh rasa terharu dan sukacita.
Maka disiapkanlah oleh Laban bin Batu'il tempat dan bilik khas untuk anak saudaranya Ya'qub yang tidak berbeda dengan tempat-tempat anak kandungnya sendiri , dimana ia dapat tinggal sesuka hatinya seperti dirumah sendiri.


Setelah selang beberap waktu tinggal dirumah Laban sebagai anggota keluarga , akhirnya Ya'qub menyampaikan pesan ayahnya agar mereka berdua berbesan dgn menikahkannya pada salah seorang dari putriny.
Pesan tersebut diterima oleh Laban dan setuju akan menikahkan Ya'qub dgn salah seorang dari putrinya.
Dengan syarat sebagai maskawin , ia harus memberikan tenaganya dgn bekerja didalam peternakan calon mertuanya selama 7 tahun.
Ya'qub menyetujui syarat yg diberikan oleh pamannya dan bekerjalah ia sebagai pengurus peternakan terbesar dikota Fadan A'raam itu.
Setelah masa 7 tahun dijalani oleh Ya'qub sebagai pekerja dalam peternakan Laban , ia menagih janji pamannya yg akan mengambilnya sebagai menantu.
Laban menawarkan kepada Ya'qub agar menyunting putrinya yg bernama Laiya sebagai istri , namun Ya'qub menghendaki Rahil adiknya , karena lebih cantik dan ayu dari Laiya.
Keinginan itu diutarakan secara terus terang oleh Ya'qub kepada calon mertuanya , yg juga dari pihak calon mertua memahami dan mengerti isi hati Ya'qub.
Akan tetapi adat istiadat yg berlaku pada waktu itu tidak mengizinkan seorang adik melangkahi kakaknya menikah lebih dulu.
Karena itu sebagai jalan tengah agar tidak mengecewakan Ya'qub dan tidak pula melanggar adat yg berlaku , Laban menyarankan agar Ya'qub menerima Laiya sebagai istri pertama dan Rahil sebagai istri kedua yg akan disunting kelak setelah ia menjalani masa kerja 7 tahun dipeternakan Laban.

Ya'qub yg sangat hormat kepada pamanya itu dan merasa berhutang budi karena telah menerima dirumahnya sebagai keluarga , melayani dgn baik seperti anak kandungnya sendiri , tidak dapat berbuat apa apa selain menerima rencana pamanya itu.
Pernikahan dilaksanakan dgn kontrak masa kerja 7 tahun untuk yg kedua kalinya ditanda tangani.
Begitu masa kerja 7 tahun yg kedua berakhir , dinikahkanlah Ya'qub dgn Rahil gadis yg sangat dicintainya dan selalu terkenang sejak pertemuan pertama ketika ia masuk kota Fadam A'raam.
Dengan demikian nabi Ya'qub beristrikan 2 wanita bersaudara , yg mana menurut syariat dan peraturan pada waktu itu belum dilarang , akan tetapi oleh syariat Muhammad saw hal semacam itu diharamkan.
Laban memberi hadiah kepada kedua putrinya yaitu kedua istri Ya'qub seorang hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumah tangga mereka.
Dari kedua istrinya itu Ya'qub dikarunia 12 anak dan diantaranya Yusuf dan Binyamin .


Catatan :
Kisah Nabi Ya'qub
tidak terdapat dalam Al-Qur'an secara terperinci ,
namun disebut sebut nama Ya'qub dalam hubungannya dengan
Ibrahim , Yusuf , dan lain lain.
Bahan kisah ini berdasarkan dari
sumber kitab kitab tafsir dan buku buku sejarah .


Silahkan Komentar
No content for this blog yet.
Sebelum Komertar Itu Di Larang..!


Jombang Gudo - PP