watch sexy videos at nza-vids!
+

SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT


Setelah Raja Sri Kertanegara gugur,
kerajaan Singhasari berada
dibawah kekuasaan
Raja Jayakatwang dari Kadiri.
Salah satu keturunan
penguasa Singhasari, yaitu
Raden Wijaya, kemudian berusaha
merebut kembali kekuasaan
nenek moyangnya.
Ia adalah keturunan Ken Angrok,
raja Singhasari pertama
dan anak dari Dyah Lembu Tal.
Ia juga dikenal dgn nama lain, yaitu
Narayya Sanggramawijaya.

Menurut sumber sejarah,
Raden Wijaya sebenarnya adalah mantu Kertanagara yg masih terhitung keponakan.
Kitab Pararaton, menyebutkan bahwa ia mengawini 2 anak raja sekaligus, tetapi
Kitab Nagarakertagama menyebutkan bukannya 2 melainkan ke-4 anak perempuan Kertanagara dinikahinya semua.
Pada waktu Jayakatwang menyerang Singhasari, Raden Wijaya diperintahkan untuk mempertahankan Ibukota di
Arah Utara. Kekalahan yg diderita Singhasari menyebabkan
Raden Wijaya mencari perlindungan ke sebuah desa bernama Kudadu, lelah dikejar kejar musuh dgn sisa pasukan tinggal 12orang. Berkat pertolongan Kepala Desa Kudadu, rombongan Raden Wijaya dapat menyeberangi laut ke Madura dan disana memperoleh perlindungan dari Aryya Wiraraja, seorang bupati di Pulau ini. Berkat bantuan
Aryya Wiraraja, Raden Wijaya kemudian dapat kembali ke Jawa dan diterima oleh Raja Jayakatwang. Tidak lama kemudian ia diberi sebuah daerah dihutan Terik untuk dibuka menjadi desa, dgn dalih untuk mengantisipasi serangan musuh dari Arah Utara Sungai Brantas.

Berkat bantuan Aryya Wiraraja, ia kemudian mendirikan desa baru yg diberi nama "Majapahit".
Di desa inilah Raden Wijaya kemudian memimpin dan menghimpun kekuatan khususnya rakyat yg loyal terhadap almarhum Kertanegara yg berasal dari daerah Daha dan Tumapel.
Aryya Wiraraja sendiri menyiapkan pasukannya di Madura untuk membantu Raden Wijaya bila saatnya diperlukan. Rupanya ia pun kurang menyukai raja Jayakatwang.
Tidak terduga sebelumnya bahwa pada tahun1293 Jawa kedatangan pasukan dari Cina yg diutus oleh
Khubilai Khan, untuk menghukum Singhasari atas penghinaan yg pernah diterima utusannya pada tahun1289. Pasukan berjumlah besar ini setelah berhenti di Pulau Belitung untuk beberapa bulan dan kemudian memasuki Jawa melalui
Sungai Brantas langsung menuju ke Daha. Kedatangan ini diketahui oleh Raden Wijaya, ia meminta izin untuk bergabung dgn pasukan Cina yg diterima dgn sukacita. Serbuan ke Daha dilakukan dari darat maupun sungai yg berjalan sengit sepanjang pagi hingga siang hari.
Gabungan pasukan Cina dan
Raden Wijaya berhasil membinasakan 5.000 tentara Daha. Dgn kekuatan yg tinggal setengah, Jayakatwang mundur untuk berlindung di dalam benteng.

Sore hari, menyadari bahwa ia tidak mungkin mempertahankan lagi Daha, Jayakatwang keluar dari benteng dan menyerahkan diri untuk kemudian ditawan oleh pasukan Cina.
Dgn dikawal 2 perwira dan
200 pasukan Cina, Raden Wijaya minta izin kembali ke Majapahit untuk menyiapkan upeti bagi
Kaisar Khubilai Khan.
Namun dgn menggunakan tipu muslihat kedua perwira dan para pengawalnya berhasil dibinasakan oleh Raden Wijaya. Bahkan ia berbalik memimpin pasukan Majapahit menyerbu pasukan Cina yg masih tersisa, yg tidak menyadari bahwa Raden Wijaya akan bertindak demikian. Tiga ribu anggota pasukan kerajaan Yuan dari Cina ini dapat dibinasakan oleh pasukan Majapahit, selebihnya melarikan diri keluar Jawa dgn meninggalkan banyak korban.
Akhirnya cita cita Raden Wijaya untuk menjatuhkan Daha dan membalas sakit hatinya kepada Jayakatwang dapat diwujudkan dgn memanfa'atkan tentara asing.
Ia kemudian memproklamasikan berdirinya sebuah kerajaan baru yg bernama "Majapahit".
Pada tahun1215 Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pertama dgn gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.
Keempat anak Kertanegara dijadikan permaisuri dgn gelar
-» Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari ,
-» Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita ,
-» Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnyaparamita , dan
-» Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri.


Dari Tribhuwaneswari, ia memperoleh seorang anak laki bernama Jayanagara sebagai putera mahkota yg memerintah di Kadiri.

Dari Gayatri ia memperoleh 2 anak perempuan ,,
"Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwardhani" yg berkedudukan di Jiwana [kahuripan]
dan "Rajadewi Maharajasa" di Daha.

Raden Wijaya masih menikah dgn seorang istri lagi, kali ini berasal dari Jambi di Sumatera bernama
"Dara Petak" dan memiliki anak darinya yg diberi nama "Kalagemet".
Seorang perempuan lain yg juga datang bersama Dara Petak yaitu "Dara Jingga", diperistri oleh kerabat raja bergelar "Dewa" dan memiliki anak bernama
"Tuhan Janaka", yg kemudian hari lebih dikenal sebagai "Adhityawarman", raja Kerajaan Malayu di Sumatera.
Kedatangan kedua orang perempuan dari Jambi ini adalah hasil diplomasi persahabatan yg dilakukan oleh Kertanagara kepada raja Malayu di Jambi untuk bersama sama membendung pengaruh Khubilai Khan. Atas dasar rasa persahabatan inilah raja Malayu,
"Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa", mengirimkan dua kerabatnya untuk dinikahkan dgn raja Singhasari.
Dari catatan sejarah diketahui bahwa Dara Jingga tidak betah tinggal di Majapahit dan akhirnya pulang kembali ke kampung halamannya.
Raden Wijaya wafat pada tahun1309 digantikan oleh Jayanagara.

Seperti pada masa akhir pemerintahan ayahnya, masa pemerintahan raja Jayanagara banyak dirongrong oleh pemberontakan orang orang yg sebelumnya membantu Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit. Perebutan pengaruh dan penghianatan menyebabkan banyak pahlawan yg berjasa besar akhirnya dicap sebagai musuh kerajaan.
Pada mulanya Jayanagara juga terpengaruh oleh hasutan Mahapati yg menjadi biang keladi perselisihan tersebut, namun kemudian ia menyadari kesalahan ini dan memerintahkan pengawalnya untuk menghukum mati orang kepercayaannya itu.
Dalam situasi yg demikian muncul seorang prajurit yg cerdas dan gagah berani bernama "Gajah Mada". Ia muncul sebagai tokoh yg berhasil memadamkan pemberontakan Kuti, padahal kedudukannya pada waktu itu hanya berstatus sebagai pengawal raja [bekel bhayangkari].
Kemahirannya mengatur siasat dan berdiplomasi dikemudian hari akan membawa Gajah Mada pada posisi yg sangat tinggi di jajaran pemerintahan kerajaan Majapahit, yaitu sebagai "Mahamantri" kerajaan.
Pada masa Jayanagara hubungan dgn Cina kembali pulih. Perdagangan antara kedua negara meningkat dan banyak orang Cina yg menetap di Majapahit.
Jayanagara memerintah sekitar 11tahun, pada tahun1328 ia dibunuh oleh Tabib-nya yg bernama Tanca karena berbuat serong dgn istrinya. Tanca kemudian dihukum mati oleh Gajah Mada.

Karena tidak memiliki putera, tampuk pimpinan Majapahit akhirnya diambil alih oleh adik perempuan Jayanagara bernama "Jayawisnuwarddhani", atau dikenal sebagai Bhre Kahuripan, sesuai dgn wilayah yg diperintah olehnya sebelum menjadi Ratu.
Namun pemberontakan didalam negeri yg terus berlangsung menyebabkan Majapahit selalu dalam keadaan berperang. Salah satunya adalah pemberontak "Sadeng" dan "Keta" tahun1331 memunculkan kembali nama
Gajah Mada ke permukaan. Keduanya dapat dipadamkan dgn kemenangan mutlak pada pihak Majapahit. Setelah peristiwa ini, Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yg terkenal, bahwa ia tidak akan amukti palapa sebelum menundukan daerah daerah di nusantara, seperti ;
Gurun di Kalimantan ,
Seran [?] ,
Tanjungpura [kalimantan] ,
Haru [maluku - ?] ,
Pahang [malaysia] ,
Dompo [sumbawa] ,
Bali ,
Sunda [jawa barat] ,
Palembang [sumatera] , dan
Tumasik [singapura] .

Untuk membuktikan sumpahnya, pada tahun1343 Bali berhasil ia tundukan, Ratu Jayawisnuwarddhani memerintah cukup lama, 22tahun sebelum mengundurkan diri dan digantikan oleh anaknya yg bernama "Hayam Wuruk" dari perkawinannya dgn "Cakradhara", penguasa wilayah Singhasari.
Hayam Wuruk dinobatkan sebagai raja tahun1350 dgn gelar
"Sri Rajasanagara".

Gajah Mada tetap mengabdi sebagai "Patih Hamangkubhumi"[mahapatih] yg sudah diperolehnya ketika mengabdi kepada ibunda sang raja.
Di masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Ambisi Gajah Mada untuk menundukan nusantara mencapai hasilnya di masa ini, sehingga pengaruh kekuasaan Majapahit dirasakan sampai ke semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Maluku, hingga Papua. Tetapi Jawa Barat, baru dapat ditaklukan pada tahun1357 melalui sebuah peperangan yg dikenal dgn "Peristiwa Bubat", yaitu ketika rencana pernikahan antara
"Dyah Pitaloka", puteri raja Pajajaran, dgn Hayam Wuruk berubah menjadi peperangan terbuka di lapangan Bubat, yaitu sebuah lapangan di ibukota kerajaan yg menjadi lokasi perkemahan rombongan kerajaan tersebut. Akibat peperangan itu Dyah Pitaloka bunuh diri yg menyebabkan perkawinan politik 2 kerajaan di Pulau Jawa ini gagal.
Dalam Kitab Pararaton disebutkan bahwa setelah peristiwa itu Hayam Wuruk menyelenggarakan upacara besar untuk menghormati
orang orang Sunda yg tewas dalam peristiwa tersebut.

Perlu dicatat ;
Bahwa pada waktu yg bersamaan sebenarnya kerajaan Majapahit juga tengah melakukan eskpedisi ke Dompo [padompo] dipimpin oleh seorang petinggi bernama "Nala".


Setelah peristiwa Bubat, mahapatih Gajah Mada mengundurkan diri dari jabatannya karena usia lanjut, sedangkan Hayam Wuruk akhirnya menikah dgn sepupunya sendiri bernama "Paduka Sori", anak dari "Bhre Wengker" yg masih terhitung bibinya.
Dibawah kekuasaan Hayam Wuruk kerajaan Majapahit menjadi sebuah kerajaan besar yg kuat, baik dibidang ekonomi maupun politik. Hayam Wuruk memerintahkan pembuatan bendungan bendungan dan
saluran saluran air untuk kepentingan irigasi dan mengendalikan banjir.
Sejumlah pelabuhan , sungaipun dibuat untuk memudahkan tarnsportasi dan bongkar muat barang. Empat belas tahun setelah ia memerintah, mahapatih Gajah Mada meninggal dunia di tahun1364.
Jabatan Patih Hamangkubhumi tidak terisi selama 3tahun sebelum akhirnya "Gajah Enggon" ditunjuk Hayam Wuruk mengisi jabatan itu.

Sayangnya tidak banyak informasi tentang Gajah Enggon didalam prasasti ataupun naskah naskah masa Majapahit yg dapat mengungkap sepak terjangnya.

Raja Hayam Wuruk wafat tahun1389.
Menantu yg sekaligus keponakannya sendiri yg bernama "Wikramawarddhana" naik tahta sebagai raja, justru bukan "Kusumawarddhani" yg merupakan garis keturunan langsung dari Hayam Wuruk.
Ia memerintah selama 12tahun sebelum mengundurkan diri sebagai pendeta. Sebelum turun tahta ia menunjuk puterinya, "Suhita" menjadi Ratu. Hal ini tidak disetujui oleh "Bhre Wirabhumi", anak Hayam Wuruk dari seorang selir yg menghendaki tahta itu dari keponakannya.

Perebutan kekuasaan ini membuahkan perang saudara yg dikenal dgn "Perang Paregreg".
Bhre Wirabhumi yg semula memperoleh kemenangan akhirnya harus melarikan diri setelah
"Bhre Tumapel" ikut campur membantu pihak Suhita. Bhre Wirabhumi kalah bahkan akhirnya terbunuh oleh "Raden Gajah". Perselisihan keluarga ini membawa dendam yg tidak berkesudahan. Beberapa tahun setelah terbunuhnya Bhre Wirabhumi kini giliran Raden Gajah yg dihukum mati karena dianggap bersalah membunuh bangsawan tersebut.
Suhita wafat tahun1477, dan karena tidak mempunyai anak maka kedudukannya digantikan oleh adiknya,
"Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya". Tidak lama ia memerintah digantikan oleh "Bhre Pamotan" bergelar "Sri Rajasawardhana" yg juga hanya 3tahun memegang tampuk pemerintahan.
Bahkan antara tahun1453 - 1456 kerajaan Majapahit tidak memiliki seorang raja-pun karena pertentangan didalam keluarga yg semakin meruncing.
Situasi sedikit mereda ketika
"Dyah Suryawikrama Girisawardhana" naik tahta. Ia pun tidak lama memegang kendali kerajaan karena setelah itu perebutan kekuasaan kembali berkecamuk.

Demikianlah kekuasaan silih berganti beberapa kali dari tahun1466 sampai menjelang tahun1500.
Berita berita Cina, Italia dan Portugis masih menyebutkan nama Majapahit di tahun1499 tanpa menyebutkan nama raja-nya.


Semakin meluasnya pengaruh kerajaan kecil Demak dipesisir Utara Jawa yg menganut agama Islam, merupakan salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit.
Tahun1522 Majapahit tidak lagi disebut sebuah kerajaan melainkan hanya sebuah kota.
Pemerintahan di Pulau Jawa telah beralih ke Demak dibawah kekuasaan "Adipati Unus", anak "Raden Patah", pendiri kerajaan Demak yg masih keturunan
"Bhre Kertabhumi". Ia menghancurkan Majapahit karena ingin membalas sakit hati neneknya yg pernah dikalahkan raja "Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya".
Demikianlah maka pada tahun1478 hancurlah Majapahit sebagai kerajaan penguasa Nusantara dan berubah statusnya sebagai daerah taklukan raja Demak. Berakhir pula rangkaian penguasa raja raja Hindu di Jawa Timur yg dimulai oleh "Keng Angrok" saat mendirikan kerajaan Singhasari, digantikan oleh sebuah bentuk kerajaan baru bercorak agama Islam.
Ironisnya , pertikaian keluarga dan dendam yg berkelanjutan menyebabkan ambruknya kerajaan ini, bukan disebabkan oleh serbuan dari bangsa lain yg ingin menduduki "Pulau Jawa". . !?


Catatan ;
-» sumber ;
http://www.mojokerto.info
-» Disarikan dari ;
Sejarah Nasional Indonesia
Jilid II, 1984, halaman 420 - 445,
terbitan PP Balai Pustaka, Jakarta.

Silahkan Komentar

No content for this blog yet.
Sebelum Komertar Itu Di Larang..!


Jombang Gudo - PP